KedaiPena.Com – Begawan ekonomi Rizal Ramli mengatakan, sosok eks Presiden Abdurrahman Wahid atau kerap disapa Gus Dur adalah seorang wali yang sesungguhnya.
Diceritakannya, sebelum wafat, Gus Dur pernah bilang akan segera ‘naik pangkat’. “Saya sebentar lagi ‘naik pangkat’. Saya dapat penugasan dari Allah,†begitu ucap Gus Dur pada Rizal.
Namun Rizal mengaku belum paham dengan kata-kata Gus Dur dengan istilah ‘naik pangkat’ dan dapat tugas dari Allah.
“Saya baru paham setelah beliau dipanggil Sang Ilahi. Gus Dur sepertinya sudah tahu kapan ajal menjemput. Karena itu saya berani bilang kalau beliau adalah wali di Indonesia ke sepuluh (setelah Walisongo),†tutur mantan Menko Kemaritiman ini.
Menurut Rizal, Gus Dur merupakan tokoh demokrasi yang tidak diragukan lagi keberpihakannya terhadap rakyat kecil. Perhatiannya untuk memperjuangkan kebenaran, keberaniannya, memperjuangkan minoritas sungguh luar biasa.
Ditambahkan Rizal, di masa pemerintahan Gus Dur, satu-satunya yang bisa menaikkan ekonomi sekaligus utang berkurang.
“Saat itu beras dan pangan stabil. Daya beli masyarakat juga stabil. Padahal negara dalam kondisi krisis,†ucapnya.
Apa rahasianya? Rizal menerangkan bahwa dalam kurun waktu singkat itu itu, pemerintahan Gus Dur berani naikan gaji PNS dua kali selama 21 bulan.
“Seperti kita tahu, PNS merupakan golongan masyarakat dengan gaji standard. Namun memiliki daya beli tinggi. Di situ kita naikkan gaji mereka sehingga daya beli PNS ikut naik. Dengan begitu ekonomi pun tumbuh,†imbuhnya.
Tidak hanya itu, kata Rizal, pemerintahan Gus Dur juga berhasil menyelamatkan PLN dari kehancuran yang merupakan warisan Orde Baru.
Pada era pemerintahan Soeharto, untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan tenaga listrik, pemerintahan Soeharto mengundang sektor swasta masuk ke bisnis pembangkit listrik. Produksi listriknya kemudian dijual kepada PLN.
Paling tidak, saat itu terdapat 27 proyek listrik swasta, yang didirikan oleh perusahaan listrik dari negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Jerman. Mereka menggandeng keluarga dan kroni Soeharto untuk mendirikan perusahaan listrik swasta itu.
Kata Rizal, jika utang pemerintah ditambah kewajiban kepada perusahaan listrik swasta, secara teknis Indonesia sudah bangkrut. Situasi rakyat memang kelihatan tenang-tenang saja karena rakyat sama sekali tak tahu “isi terdalam†dari setiap problem yang dihadapi oleh negara. Dan problem PLN ketika itu adalah sungguh merupakan persoalan yang sangat gawat, dan itu harus dihadapi oleh Rizal Ramli.
“Asing memang brengsek. Mereka deal dengan keluarga Soeharto. Mereka patgulipat dengan diktator. Rakyat dicharge tinggi. Ya, ini belum pernah terjadi sebelumnya, pemerintahan Gus Dur menyelamatkan BUMN tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Saat itu saya meminta pendapat Gus Dur, beliau bilang ‘terserah kamu saja’. Itu kalau presidennya bukan Gus Dur pasti hasilnya lain. Kalau presiden lain pasti penuh pertimbangan. Minta pendapat sana sini. Tetapi Gus Dur langsung bertindak tegas,†kenang Rizal.
Rizal lalu melakukan revaluasi aset. Ya, aset PLN terbukti melambung dari Rp 52 triliun menjadi Rp 202 triliun. Sedangkan modalnya yang semula minus Rp 9,1 triliun, naik pesat menjadi Rp 119,4 Triliun. PLN pun akhirnya sudah bankable.
Rizal Ramli mengaku puas karena berhasil menyelamatkan PLN dari kebangkrutan. Yang lebih penting lagi, negara terbebas dari tambahan beban utang yang besar. Begitulah pemerintahan Gus Dur. “Masyarakat, terutama rakyat kecil, juga terhindar dari kemungkinan membayar tarif listrik yang jauh lebih mahal seandainya harga listrik swasta tidak bisa diturunkan,†imbuhnya.
Dikatakan Rizal, di negeri ini Allah hanya memberi dua pemimpin hebat, yakni Bung Karno dan Gus Dur.
“Ya, pemimpin hebat Indonesia, Allah cuma kasih dua saja. Tapi mudah-mudahan Allah memberi kita pemimpin yang amanah, hebat, memakmurkan bangsa, dan kembali disegani dunia,†pungkasnya.
Sumber: Istimewa