KedaiPena.Com – Saat pertumbuhan sedang lesu, harus dipompa perekonomian ini. Tapi bukan dipompa dengan anggaran, elainkan dipompa dengan skema-skema tertentu.
“Seperti Build Operate Transfer (BOT) dan Build Own Operatie (BOO), dipompa dengan revaluasi asset, juga dipompa dengan sekuritisasi asset, sehingga ada mesin pertumbuhan yang lain di luar APBN, terutama di luar Jawa,” kata eks Menko Perekonomian Rizal Ramli di Jakarta, ditulis Selasa (12/9).
Kemudian juga pompa daya beli. Selama ini semua pangan di Indonesia itu impor, hal itu yang membuat mahal sekali.
“Harga gula saja 2 x harga internasional. Harga daging juga 2 x harga dunia, makanya semuanya jadi mahal,†tegas dia.
Kondisi mahal juga, menurut dia, karena sistem impor itu dikelola dengan sistem kuota dan pemegang cuma 6-7 orang kartel atau taipan yang sudah puluhan tahun menikmati untung ini. Mestinya, kata dia, sistemnya diubah menjadi skema tarif.
“Jadi siapa pun boleh impor tapi harus menggunakan tariff untuk melindungi industri di Indonesia. Jangan dibiasakan ngeles, daya beli tidak turun, ini tidak turun. Yang kita kepengen ada tindakan nyata karena ini kecenderungannya melambat,†ujar Rizal.
Hal berikutnya yang menjadi kiat dia adalah laju kredit harus digenjot. Laju kredit, kata dia, jangan hanya bertumbuh 10 persen. Mesti dipompa, jika mau 6,5 persen, maka laju kreditnya bisa mencapai 15-17 persen. Tapi tetap harus prudent.
“Juga harus ada kebijakan terobosan lain tak hanya andalkan paket kebijakan ekonomi yang tak efektif ini. Karema selama ini tak berdampak. Ini kebijakan ece-ece. Harus ada kebijakan terobosan seeprti yang saya lakukan terhadap Garuda Indonesia dan dunia penerbangan Indonesia,†pungkasnya.
Laporan: Galuh Ruspitawati