KedaiPena.Com – Sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyebut Indonesia tidak cukup mampu dalam beradaptasi di tengah perubahan kondisi perekonomian global mendapat respon dari begawan ekonomi Rizal Ramli.
“Lho kok baru sekarang ngaku? Sejak setahun yang lalu sibuk bantah, RR (Rizal Ramli) tidak benar,” kata Rizal Ramli kepada KedaiPena.Com, Rabu (26/9/2019).
“(Sri Mulyani) Menkeu terbaik kepada pemberi utang ini, dengan beri bunga 2 persen kemahalan ini, memang selalu ‘behind the curve’ (ketinggalan). Itulah mengapa sulit capai stabilitas (ekonomi). Hanya BI yang proaktif dan ‘ahead of the curve’,” sambung dia.
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman, DR Rizal Ramli memang sudah mengingatkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini sejak satu tahun lalu.
“Akhir tahun 2017 kami sudah mengatakan hati-hati ekonomi Indonesia sudah lampu kuning,” kata RR, sapaannya.
RR juga satu-satunya ekonom di Indonesia yang meramalkan krisis di tahun 1997-1998 Indonesia bakal krisis. Namun, saat itu tidak ada yang percaya. RR mengatakan, ramalannya tersebut dikatakan setahun sebelum krisis 97/98, tepatnya di bulan Oktober 1996.
“Nggak ada yang percaya, dibantah-bantah waktu itu. Tapi kejadian semua (kiris),” ujarnya.
Bagaimana hal itu dapat dilihat, lanjut RR, karena sederhananya yang dilihat adalah angka terlebih dulu. Baru kemudian menyimpulkan.
“Bukan mengambil kesimpulan terus diambil angka yang cocok, gitu lo,” ungkapnya.
Sri Mulyani sendiri sempat berujar kondisi perekonomian saat inimembuat Indonesia cukup rentan. Kurangnya pendalaman pasar keuangan, jadi biang kerok kenapa ekonomi domestik rentan terhadap kondisi eksternal.
“Salah satu kenapa Indonesia mengalami tekanan yang sangat mudah jika lingkungan global berubah adalah karena Indonesia belum memiliki pendalaman pasar keuangan,” kata Sri Mulyani, Rabu (26/9/2018).
Sri Mulyani pun mengungkap bukti bahwa pendalaman pasar keuangan domestik masih kurang. Misalnya, dari total dana pensiun yang dimiliki masyarakat Indonesia.
Saat ini, total dana Industri Keuangan Non Bank (IKNB) mencapai Rp 2.279 triliun. Dari jumlah tersebut, total dana pensiun hanya sebesar Rp 266 triliun atau sekitar 11,7% dari total dana IKNB, dan 1,85% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu bahkan menyayangkan total dana pensiun Indonesia yang kalah telak dibandingkan negara-negara lain. Ini, sambung Sri Mulyani, pun menjadi tantangan.
“Thailand akumulasi dana pensiun di atas 6%. Hampir 4 kali lipat dari kita, itupun masih kecil,” tegasnya.
Dana pensiun yang relatif kecil, diibaratkan seperti danau yang dangkal. Ketika ada seseorang melempar sesuatu ke dalam danau tersebut, maka percikannya cukup memberikan pengaruh signifikan.
“Begitu ada orang yang melempar kerikil, percikannya besar sekali. Kalau Danau Toba, ada kapal jatuh tidak bisa dicari. Begitu sangat tenang dan stabil. Itu kenapa Indonesia perlu kerja keras perdalam pasar keuangan,” katanya.
Laporan: Muhammad Hafidh