KedaiPena.Com – Bung Hatta belajar dan merumuskan bahwa ada bentuk korporasi untuk rakyat biasa, tidak hanya bentuk perusahaan dan korporasi untuk swasta yang besar-besaran. Yang Wakil Presiden RI pertama pikirkan adalah bagaimana rakyat kecil seperti petani, buruh, nelayan bisa membentuk apa yang disebut sebagai unit bisnis dalam bentuk koperasi yang sahamnya dimiliki oleh semua anggotanya.
“Berbeda dengan perusahaan yang pemilik sahamnya hanya beberapa orang, kalau koperasi seluruhnya itu di miliki oleh anggota dan manajemen. Koperasi juga terbuka transparan dan harus di kelola secara profesional. Nah kalau kita lihat hari ini peranan koperasi masih sangat kecil di Indonesia, terutama karena pemerintah belum sungguh-sungguh mengembangkan koperasi,” ungkap Rizal Ramli saat berziarah ke makam Bung Hatta, Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat (30/3/2018). Ziarah ini dilakukan dalam rangka haul Bung Hatta yang wafat tanggal 14 Maret 1980.
Sebetulnya banyak contoh berhasil, di negara-negara seperti Skandinavia dan Belanda, di mana koperasi peternak susu, itu anggotanya seluruh peternak susu. Mereka punya pabriknya sendiri, mereka punya jaringan distribusi dan toko-toko diseluruh Eropa untuk menjual produk koperasi tersebut.
Dan ternyata koperasinya, jelas Rizal, karena dikelola dengan profesional, dengan manajemen yang terbuka berhasil memberikan manfaat kepada petani anggota. Bisa beli barang lebih murah, dapat dividen tiap tahun. Kemudian juga menguntungkan konsumen karena produk koperasi lebih murah dari pada produk perusahaan besar.
“Nah jadi kalau kita tanya kenapa di Indonesia koperasi hanya kecil peranannya, karena koperasi hanya dijadikan slogan, dijadikan kembang kata, tidak diyakini sebagai bentuk yang bisa meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Menurut kami, pemerintah yang akan datang harus sungguh-sungguh mengembangkan koperasi dengan cara memberikan kesempatan koperasi untuk ikut di dalam jaringan distribusi kebutuhan pokok,” harapnya.
Rizal memberi contoh, misalnya beras saja, itu pasarnya 30 juta ton. Kalau dikali 10 ribu itu, perputaran uang Rp300 triliun. Belum lagi gula, garam dan lainnya. Volume transaksinya ratusan triliun. Nah kalau misalnya koperasi diberikan kesempatan untuk ikut di dalam jaringan distribusi dapat untuk sekitar 5 persen misalnya, maka koperasi di Indonesia akan berkembang cepat sekali. Lama-lama koperasi peternakan akan punya pabrik pengolahan sendiri, merek sendiri, bisa jual di seluruh Indonesia.
Koperasi beras misalnya bekerjasama denga Bulog akan bisa menjadi sangat besar, sebagai jaringan distribusi alternatif. Demikian juga petani bawang putih atau petani tebu. Ini akan membuat koperasi menjadi sangat besar, kredibel, dipercaya menguntungkan anggota dan menguntungkan konsumen. Syaratnya koperasi dikelola secara profesional, tidak boleh pengurus itu memperkaya diri sendiri, tapi harus memperkaya anggotanya.
“Mudah-mudahan pada tahun 2019 yang akan datang cita-cita bung Hatta ini, bisa kita laksanakan secepat mungkin. Sehingga pikiran besar beliau betul-betul merupakan jalan untuk membuat rakyat kita lebih makmur dan sejahtera, Amin ” demikian Rizal Ramli.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas