KedaiPena.Com – Tokoh Nasional Rizal Ramli kembali menegaskan tidak boleh menggunakan pendekatan kekerasan dalam menangani masalah Papua.
Ia pun meminta Pemerintahan Jokowi meniru langkah pendahulunya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang menganggap Papua sebagai saudara.
“Saya ini menteri kabinet Gus Dur. Pendekatan Gus Dur beda karena Gus Dur anggap kita semua saudara,” kata Rizal Ramli di Jakarta, ditulis Rabu (4/9/2019).
Ia pun mengambil analogi jika dalam satu keluarha, ada seorang anak bilang mau ke luar rumah. Maka ada tiga pilihan, yang pertama ditangani dengan kekerasan atau dipukuli. Kedua mengusir anak tersebut. Dan yang ketiga, adalah instropeksi diri.
“Bapak yang benar instropeksi. Mungkin saya kurang adil, kurang sayang. Jadi kita duduk bareng, jangan main gebuk. Sama seperti Papua. Kalau kita main gebuk sama saja membantu kampanye Papua merdeka,” tegas dia.
Rizal pun menceritakan awal mula kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia yang dimulai dari sekelompok kecil orang. Namun menjadi besar karena Indonesia salah urus konflik.
“Xanana (Gusmao, tokoh Fretilin Timor Leste) itu temen deket saya. Saya sempet tanya dulu bagaimana bikin gerakan politik, lalu sayap politik. Ternyata modalnya kurang dari 100 orang,” cerita Menko Ekuin era Presiden Gus Dur ini.
Tapi karena aparat Indonesia main kekerasan kepada sipil, maka rakyat Timor Timur, ketika itu, ikut gerakan politik dan bersenjata ini.
Demikian juga di Aceh. Informasi yang dihimpun Rizal dari salah satu Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mereka merintis gerakan politik dan sayap militer hanya dengan 60 orang.
Sama seperti cerita Timor Leste, karena aparat juga main kekerasan, maka rakyat bergabung dan GAM makin berkuasa. Barulah setelah tsunami pada 2004, barulah tercipta perdamaian di bumi Serambi Mekah.
“Gerakan bersenjata harus ditangani dengan sepatutnya. Tapi jangan represif ke sipil di mana saja di Indonesia termasuk Papua. Karena kalau kita represif bantu kampanye gerakan tersebut,” tandas Gus Romli, sapaan Rizal di kalangan Nahdliyin.
Laporan: Muhammad Lutfi