KedaiPena.Com – Dalam tiga tahun pemerintahan, Jokowi-JK menerapkan kebijakan pembangunan tak lagi hanya berfokus di pulau Jawa (non Jawa sentris).
Hal itu disampaikan begawan ekonomi Rizal Ramli dalam keterangan kepada KedaiPena.Com, Jumat (20/10).
Namun demikian, ada baiknya Presiden Jokowi melakukan pembenahan di beberapa hal.
“Di antaranya pembayaran bunga utang yang telah menyedot lebih dari Rp500 triliun APBN. Selain itu, ia juga mengkritik kebijakan pengetatan anggaran yang dilakukan Menteri Keuangan Sri Mulyani,” kata dia.
“Jadi aneh pemerintah ini yang hanya bisa melakukan kebijakan ‘austerity’ atau pengetatan. Di saat ekonomi sedang ‘slow down’ mereka justru melakukan pengetatan. Ini model kebijakan Bank Dunia,†tegas Rizal.
Padahal kebijakan ini terbukti gagal di banyak negara. Di negara-negara Amerika Latin dan Yunani kebijakan ini justru memperparah perekonomian negara-negara itu.
“Yunani pernah melakukannya tiga kali. Dilakukan pertama ekonomi malah melambat dan daya beli makin anjlok. Paket ‘austerity’ yang kedua sama, makin sulit dan sampai tiga kali,†kata Rizal.
Makanya, tahun lalu, Menteri Ekonomi Yunani meminta dirinya untuk memberi masukan agar tak tergantung dengan kebijakan ‘austerity’ tersebut.
“Saya lalu sarankan beberapa hal termasuk saya tulis memo ke Perdana Menteri Yunani. Saya anjurkan cara lain,†ceritanya.
Hal yang berbeda, saat ini Menkeu Sri Mulyani justru menerapkan kebijakan ‘austerity’. Ini sama saja seolah pemerintah mau menggas ekonomi sampai kecepatan 60-70 kilometer, ibarat sebuah kendaraan, tapi menggunakan gigi satu. Sehingga semakin digenjot, semakin panas dan risikonya itu semakin tinggi.
“Tapi masalahnya, banyak pihak seperti kalangan akademisi dan pimpinan media nasional menganggap pemerintah tak memiliki alternatif lain kecuali dengan ‘austerity’,†dia menjelaskan.
Padahal di negara seperti AS, Eropa, Cina kalau mereka mengalami perlambatan ekonomi malah mereka pompa ekonominya, bukan diketatkan. Pada krisis 2008 di AS mereka memompa fiskal dan kreditnya dengan melalui “quantitive easingâ€.
Negara yang canggih ketika ekonomi melambat, akan memompa, bukan melakukan pengetatan. Karena kalau diketatkan tak mungkin ekonomi membaik.
“Sekarang ekonomi lagi susah malah pengusaha dikejar-kejar. Jelas makin anjlok,†ucapnya.
Dia menegaskan, selain ‘austerity’ justru kebijakan yang tepat adalah melakukan “growth story†yakni strategi memacu pertumbuhan ekonomi. Hal itu dilakukannya saat menjadi Menko di era Gus Dur. Dan faktanya bisa menggenjot perekonomian dari minus 3 menjadi plus 3 selama 1,5 tahun.
Laporan: Muhammad Hafidh