Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
DULU ada banyak tokoh pendiri negeri ini yang memiliki hubungan sedarah atau terikat tali perkawinan yang bersama-sama berjuang mewujudkan kemerdekaan.
Di antaranya SK Trimurti, istri dari Sayuti Melik. Herawati Latip dan BM Diah. Suwarsih Djojopuspito dan Sugondo Djojopuspito, pemimpin Kongres Pemuda Indonesia 1928.
Ki Hadjar Dewantara dan istri, R.A Sutartinah, merupakan pasangan yang dikenang sebagai legenda pendidikan.
Sedangkan Suryopranoto memiliki hubungan sedarah, ia adalah kakak Ki Hadjar Dewantara, yang terkenal dengan perlawanannya sebagai Raja Mogok.
AK Pringgodigdo dan AG Pringgodigdo adalah kakak beradik.
Keduanya notulen dan arsiparis rapat-rapat sidang persiapan kemerdekaan.
Sarjana hukum alumni Leiden ini sekretaris kabinet pemerintahan Sukarno.
Cipto Mangunkusumo bersama adik-adiknya, Suyitno Mangunkusumo, Darmawan Mangunkusumo, dan Gunawan Mangunkusumo adalah keluarga pejuang.
Di abad yang lebih lampau terdapat pula pasangan seperti Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar.
Kisah-kisah pasangan suami istri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan selalu menampilkan pesona tersendiri.
Itulah misalnya romantika Bung Hatta dan Siti Rahmiati, Sutan Sjahrir dan Siti Wahyunah (Poppy Sjahrir), Deuwes Dekker bersama istrinya Haroemi Wanasita, selalu menarik untuk dikenang.
Betapa pentingnya peranan belahan jiwa dalam perjuangan, sehingga peribahasa berkata, di balik pria yang sukses terdapat perempuan yang hebat.
Pepatah Jawa memberi petuah tentang peranan istri, yang bagaikan swarga nunut neroko katut.
Pasangan suami istri yang merupakan pejuang kemerdekaan dikenang karena keutamaannya dalam menjaga etika dan standar moral.
Memelihara batas-batas kepantasan dan kesopanan, serta menjauhi diri dari glamoritas politik untuk menghindari conflict of interest.
Bagaimana hari ini?
Hari ini Ketua MK terikat Semenda. Istilah ini di dalam hukum berarti terikat pertalian keluarga karena perkawinan, yaitu pertalian suami-istri dan keluarga sedarah dari pihak lain. Derajat keluarga Semenda dihitung dengan cara sama seperti keluarga sedarah.
Seperti diberitakan Ketua MK Anwar Usman yang telah banyak menolak judicial review Presidential Treshold 20 persen yang diajukan oleh berbagai pihak kerap berlindung di balik argumen yang bertolak belakang dengan amanat Undang-undang Dasar ‘45.
Anwar Usman terikat Semenda karena menikah dengan adik kandung Presiden Joko Widodo, Idayati.
Artinya, saat ini antara Ketua MK Anwar Usman dan Presiden Joko Widodo terjalin hubungan Semenda sebagai adik-kakak ipar.
Hubungan Semenda ini bermasalah, baik dari segi etika dan perilaku hakim konstitusi. Mengingat presiden cq pemerintah (sebagai pembentuk undang-undang) kerap menjadi salah satu pihak dalam sengketa di MK, terutama dalam pengujian undang-undang dan sengketa hasil pemilihan umum.
Tentang kejanggalan ini tokoh nasional Dr Rizal Ramli merasa tak habis pikir dan menaruh keprihatinan sekaligus kegusaran yang mendalam.
Menurutnya, seharusnya para hakim MK adalah orang-orang yang memiliki integritas dan mampu menjaga etika.
Rizal Ramli kemudian menunjuk contoh Bung Hatta dan Mohamad Natsir sebagai role model pejabat yang dikenal mampu menjaga etika dan standar moral.
Sebagai tokoh yang sejak mahasiswa memperjuangkan demokrasi dan menentang praktek otoritarianisme di negeri ini, Rizal Ramli di akun twitter-nya baru-baru ini tak pelak pula menulis:
“Sebagai bangsa akal sehat kita telah dihina oleh orang-orang yang tidak berkompeten secara etika, yang menduduki lembaga-lembaga superior di negeri ini, termasuk Mahkamah Konstitusi,” tegasnya.
[***]