KedaiPena.Com – Dr Rizal Ramli yang akrab dipanggil RR siap memimpin Indonesia. Keinginan begawab ekonomi dan tokoh perubahan ini diungkapkannya di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
“Saya ingin menjadi presiden untuk mengubah Indonesia yang lebih hebat,” kata Rizal Ramli.
Statement tegas RR di lereng Gunung Lawu ini disampaikan dalam acara Rakernas Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI).
Dalam acara tersebut RR yang dikenal dengan jurus “Rajawali Ngepret” dan “Rajawali Bangkit” dikukuhkan sebagai Ketua Dewan Pelindung APKLI.
Pernyataan RR ini disampaikan setelah dirinya berkeliling ke daerah di Sumatera, Jawa, Maluku dan daerah lainnya untuk menyerap aspirasi rakyat dan memberi pandangan-pandangan soal ekonomi serta tantangan Indonesia kedepan.
RR mendengar harapan dan do’a rakyat bahwa Indonesia harus berubah kearah yang lebih baik.
Dalam pidatonya di Rakernas, RR menyampaikan stagnasi ekonomi Indonesia yang terjadi beberapa tahun ini bisa diperbaiki asalkan ada niat dan komitmen dari para pemangku kebijakan.
Perubahan sangat bisa dilakukan. RR sendiri sudah membuktikannya ketika menjabat Menko Perekonomian di era Pemerintahan Presiden Gus Dur tahun 2001.
Saat itu RR mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi dari minus 3 persen menjadi 4,5 persen hanya dalam waktu 21 bulan. Di era Gus Dur, harga pangan stabil dan tanpa impor pangan hampir selama dua tahun, juga menggenjot ekspor hingga pada masa itu ekspor Indonesia terus mengalami kenaikan.
Kebijakan RR juga berhasil menyelamatkan sektor properti dengan merestrukturisasi seluruh kredit properti di Indonesia hingga akhirnya sektor properti bangkit dan membangkitkan seluruh perekonomian Indonesia.
RR mampu menaikkan daya beli rakyat yang anjlok, salah satu caranya dengan menaikkan gaji pegawai negeri sipil hampir 128%, selama kurun waktu 21 bulan pemerintahan Gus Dur. Daya beli rakyat akibatnya meningkat dua kali lipat dan ekonomi kembali membaik.
Untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi, semuanya dilakukan RR dengan tidak menggunakan pendekatan ekonomi ala Bank Dunia seperti kebijakan austerity atau pengetatan. Bukan pula dengan menggunakan pandangan ekonomi yang mengatakan “jika ekonomi meningkat, maka utang meningkat”.
Laporan: Muhammad Hafidh