KedaiPena.Com – Ada pernyataan menarik disampaikan tokoh nasional Dr Rizal Ramli saat berdiskusi dengan sejumlah seniman yang bergabung di dalam komunitas Koloni Seniman Ngopi Semeja, di Jakarta, kemarin.
Rizal Ramli memperingatkan tentang bahaya kebohongan yang dimanufaktur, yang menjadi bagian dari mesin rezim saat ini.
Kebohongan-kebohongan tersebut, lanjutnya, dimanufaktur melalui buzzersRp, lembaga-lembaga survei berbayar, hingga media berbayar.
Mesin-mesin ini membangun persepsi atau pemahaman berisi kebohongan tentang pencapaian rezim saat ini yang bertolak belakang dengan kenyataan dan kebenaran.
“Otak rakyat atau persepsi publik dicuci dengan kebohongan yang berulang-ulang. Persepsi bukanlah kebenaran. Persepsi dapat direkayasa,” tegas Rizal Ramli.
Ia kemudian menunjuk contoh bangsa Jerman yang pada masa kekuasaan Adolf Hitler dicuci otak atau persepsinya melalui propaganda yang menyesatkan, sehingga bangsa yang dikenal sangat rasional, memiliki banyak filosof, dan ilmuwan ternama pada masa Hitler berubah menjadi fasis dan rasis.
Salah satu tokoh propagandais rezim Hitler adalah Paul Joseph Goebbels. Ia diberi posisi kunci sebagai Menteri Propaganda Nazi. Tugas utamanya adalah membangun persepsi menyesatkan dan bertolakbelakang dengan kenyataan dan kebenaran.
Misalnya mengkampanyekan slogan Deutschland Uber Alles, bahwa bangsa Jerman di atas segala-galanya, sehingga yang tak sesuai dengan jargon ini dianggap sebagai musuh dan harus dibinasakan.
Praktek propaganda menyesatkan seperti itu kini ditiru oleh rezim saat ini, yaitu dengan berbagai kebohongan tentang pencapaian rezim, misalnya dalam bidang ekonomi yang sangat bertolakbelakang dan membuat susah mayoritas rakyat.
Propaganda seperti ini, yang dijalankan oleh buzzersRp, lembaga-lembaga survei berbayar dan media berbayar sangat berbahaya, apalagi mayoritas rakyat negeri ini umumnya belum mengenyam pendidikan tinggi.
“Karena itu mari suarakan pikiran-pikiran logis. Jangan biarkan rakyat dibius oleh murid Goebbels kelas kambing,” tandas Rizal Ramli.
Di forum diskusi para seniman yang dipimpin Jimmy S Djohansyah itu, Rizal Ramli juga mengatakan, di dalam sejarah, seniman memiliki peran penting yaitu menjelaskan perasaan rakyat melalui karya-karyanya.
“Contohnya WS Rendra tema-tema karyanya ialah perlawanan yang bersifat vertikal, yaitu kepada kekuasaan yang tidak benar. Masalah kita pun hari ini adalah bersifat vertikal, bukan bersifat horisontal,” ujar Rizal Ramli yang memiliki kedekatan dan punya banyak kenangan dengan seniman WS Rendra sejak menjadi tokoh pergerakan mahasiswa ITB tahun 1978 hingga dalam aksi menegakkan demokrasi serta keadilan di negeri ini.
Laporan: Arief Gunawan