KedaiPena.com – Menyikapi situasi Indonesia saat ini, Tokoh Nasional Rizal Ramli menyatakan bahwa sesuatu hal yang sudah keterlaluan harus lah diakhiri.
“Saya kira ini sudah keterlaluan. Karena, telah terjadi pengkhianatan terhadap konstitusi. Mukadimah konstitusi kita sederhana, tugas negara, tugas pemimpin itu mencerdaskan bangsa dan memakmurkan rakyat kita. Yang terjadi, pemimpin-pemimpin bangsa ini lebih banyak memberikan informasi yang tidak benar,” kata Rizal dalam acara bertema Pemakzulan Jokowi, ditulis Sabtu (19/8/2023).
Ia menyebutkan para pemimpin bangsa ini, hanya menyampaikan satu fraksi dari fakta, yang bisa dikatakan sebagai tindakan pembodohan.
“Harusnya fakta itu diberikan secara utuh dan komprehensif. Masalah yang dihadapi dan solusinya,” ucapnya.
Bahkan Rizal menyebutkan bahwa pidato kenegaraan presiden yang disampaikan pada tanggal 16 Agustus 2023, sangat mengecewakan.
“Pidato kenegaraan itu diikuti oleh kalangan pebisnis, luar negeri, analis, karena bisa membaca perkembangan situasi negara, tantangan di tahun depan dan langkah-langkah antisipasi dari permasalahan yang ada. Tapi kemarin kan cuma curhat, minta dikasihani. Tak ada hal yang penting,” ucapnya lagi.
Ia menilai selama sembilan tahun masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, tidak ada penyejahteraan masyarakat Indonesia.
“Dia hanya sibuk proyek dan pegawai-pegawainya, stafnya, pekerjanya, dapat uang dari proyek. Sehingga, pendekatan pembangunan ya mroyek. Dan 30 persennya di-corrupt. 40 persen masyarakat kita masuk dalam golongan miskin, kebutuhan dasar makin mahal, pendidikan semakin mahal. Saya pernah katakan, Pak Jokowi ini tampangnya saja merakyat, foto dengan petani ribuan kali, tapi kebijakannya bikin petani semakin miskin,” kata Rizal.
Seharusnya, lanjut Rizal, Indonesia bisa menjadi gudang pangan dan pusat pangan di Asia Tenggara, karena cuaca bagus, lahan ada dan rakyatnya mau bekerja keras.
“Kenyataannya, Indonesia pengimpor hampir semua kebutuhan pangan. Ini menunjukkan kegagalan. Saya orang yang pernah ditangkap Pak Harto. Pak Harto itu otoriter, lawan-lawannya disikat. Tapi di hatinya masih ada rakyat. Masih ada SD Inpres, Pasar Inpres, pupuk gratis, kebutuhan pokok terkendali. Sebaliknya, Jokowi tampangnya merakyat tapi hatinya oligarki. Dia kepengen jadi oligarki, jadi raja, dan kepengen anak-anaknya jadi anak raja. Kalau raja-raja dulu menyerahkan kekuasaannya dan hartanya untuk perjuangan kemerdekaan negara ini. Hari ini Jokowi mengumpulkan kekuasaan, menumpuk kekayaan untuk dirinya, anak-anaknya dan boneka-boneka yang ditunjuk,” ujarnya dengan tegas.
Sebagai penutup, dengan lantang, Begawan Ekonomi ini menyatakan permohonan maaf sebelum mengucapkan pesannya.
“Mohon maaf pak Jokowi, sampean hanya beraninya pada rakyat, tapi takut sama oligarki. Tidak berani mengurangi kenikmatan oligarki dan melimpahkannya pada rakyat,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa