KedaiPena.com – Membangun ketahanan pangan, hanya bisa dilakukan jika produktifitas meningkat. Dan untuk meningkatkan produktifitas bahan pangan maka para petani harus lah dibuat senang.
Cara ini sudah terbukti berhasil dilakukan oleh Ekonom Rizal Ramli, saat menerima penugasan dari Presiden Abdurrachman Wahid sebagai Kepala Bulog. Tercatat, Rizal memimpin selama 15 bulan dan berhasil menerapkan beberapa kebijakan penting yang mampu mendongkrak nilai perekonomian Bulog.
Dikisahkan oleh Rizal, saat ditunjuk oleh Gus Dur, ia menanyakan tugas apa yang harus dikerjakan?.
“Tugas saya apa Gus ? Kata Gus Dur tugas kamu bagaimana supaya petani seneng,” kata Rizal, ditulis Senin (6/2/2023).
Untuk membuat petani senang, Rizal Ramli menjelaskan jika ia saat itu melakukan penghapusan hutang dan bunga kredit.
“Bagaimana caranya supaya petani senang? Ya urusan kita. Makanya, ketika itu saya hapuskan kredit macet petani, sisa kredit usaha tani Pak Habibi dan Adi Sasono Rp26 triliun. Karena petani-petani itu diuber polisi, diuber camat suruh bayar utangnya kalau ngga maka disita tanahnya,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa pilihan penghapusan hutang itu jauh lebih baik jika dilakukan penyitaan tanah garapan petani.
“Saya menghadap ke Gus Dur dan berkata, Gus, kalau seandainya kita sita tanah-tanah itu. Terus kita mau ngapain? Kata Gus Dur, bener juga kalau tanah disita, negara mau ngapain dengan tanah-tanah itu? Jadi menurut kamu gimana Rizal, kata Gus Dur. Ya sudah kita hapuskan saja hutang dan bunganya Rp26 triliun,” tuturnya lagi.
Ia menyatakan saat itu, Gus Dur mengkhawatirkan dampak penghapusan hutang petani dan bunga-nya pada dirinya. Karena jumlahnya yang cukup besar.
“Itu duit gede Rizal, kata Gus Dur. Kamu bisa ditangkap lho, menghapus hutang petani dan bunganya. Saya bilang, Gus kalau mau ada yang tangkap saya, ya tangkap saja. Saya sepeserpun tidak dapat. Nah, akhirnya dilakukan penghapusan hutang petani berikut bunganya. Petani senang tidak diuber-uber polisi, camat. Petani happy,” kata Rizal lebih lanjut.
Selain itu, Rizal menyatakan kebijakan lainnya yang dikeluarkan adalah menaikkan harga pembelian gabah.
“Setelah itu kita naikkan harga pembelian gabah dibanding pupuk dengan ratio 1,5. Satu untuk beli pupuk, yang setengahnya untuk keuntungan petani. Kemudian saya naikkan menjadi 1,75. Satu untuk pupuk, yang 0,75 untuk keuntungan petani. Petani jadi tambah semangat karena kalau nanam padi petani pasti untung bagus,” ungkapnya.
Dengan kebijakan ini, Rizal menyatakan selama kepemimpinan Gus Dur tak pernah Indonesia mengalami impor Beras.
“Karena menaikkan produksi itu bukan dengan bikin food estate. Yang ada malah triliunan habis tidak jelas. Kerena pejabat mroyek gitu lho. Pejabat itu mestinya merumuskan kebijakan. Misalnya neh, kalau kita lebih agresif lagi, kita naikan rasio gabah dan pupuk 2 berbanding 1. Satu untuk pupuk, 100 persen untungnya untuk petani. Petani pasti senang banget, swasta pun tertarik. Kenapa? Karena setiap 4 bulan untungnya 100 persen. Anggaplah ada pengeluaran lainnya 50 persen, tapi kan masih untung 50 persen. Mana ada bisnis yang untungnya 50 persen. Akhirnya mereka yang bikin sawah. Mereka akan menaikkan produksi. Bukannya pakai proyek pemerintah yang menghabiskan duit. Nah hal-hal yang sederhana ini Jokowi dan menterinya ga pada ngerti. Karena mentalnya pedagang maunya mroyek terus,” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena