KedaiPena.Com – Sejak masuk kabinet, Rizal Ramli memang jadi gangguan serius bagi mereka yang memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, keuntungan bisnis keluarga dan kroninya. Makanya dengan berbagai cara kelompok tersebut menekan Presiden Joko Widodo untuk menyingkirkan Rizal dari Istana.
Demikian disampaikan kawan dekat Rizal Ramli, Adhie M Massardi kepada KedaiPena.Com, Kamis (28/7).
Adhie mengatakan, hingga detik-detik terakhir menjelang tampil di acara Indonesia Lawyers Club (ILC/TV One) Selasa (26/7), kabar yang beredar di masyarakat, dalam reshuffle kabinet yang akan diumumkan presiden dalam waktu dekat Rizal Ramli diproyeksikan menempati posisi Menko Ekonomi yang semula dijabat Darmin Nasution.
“Hal ini diperkuat oleh cerita Rizal Ramli, dalam beberapa hari terakhir Joko Widodo banyak bertanya soal bagaimana mengatasi perekonomian nasional yang kian tidak menentu,” urainya.
Banyak pandangan yang disampaikan Rizal Ramli kepada Presiden tentang bagaimana sebaiknya menggelindingkan roda perekonomian tanpa harus menyengsarakan rakyat, menyimpang dari konstitusi.
“Dan yang utama juga,tidak latah menambah hutang luar negeri yang sudah sangat menggunung hanya untuk menambal APBN,” tegas dia.
Rizal Ramli yang dikenal piawai dalam gagasan ekonom pun membuat Joko Widodo terkesan. Mungkin karena itu ada kesepakatan memposisikan Rizal Ramli di Menko Ekonomi, seperti kabar reshuffle yang menjadi rumors di masyarakat.
Tapi kesepakatan tinggal kesepakatan. Puting beliung muncul sesaat setelah dalam acara ILC yang mengangkat isu reklamasi bermasalah dengan judul Ahok vs Rizal Ramliâ€, orang kepercayaan Gus Dur saat menjadi presiden itu meraung dan menerjang parktek kotor pengembang pencemar lingkungan di pantai utara Jakarta itu.
Bahkan dalam acara itu Rizal Ramli dengan sangat lugas membongkar gaya Ahok yang mempraktekkan cara-cara orde baru dalam menggalang dana politik, dengan membuat dana off-budget, yang dulu dikenal sebagai dana non-budgeter†sebagaimana terjadi di Bulog (dan Pertamina), yang diberangus Rizal Ramli saat menjabat Kabulog (1999).
“Semula saya memang tidak yakin pada pernyataan Ahok bahwa pengembang punya andil sangat besar dalam mempresidenkan Joko Widodo dalam pilpres 2014. Lebih tidak yakin lagi bahwa pengembang bisa punya akses begitu langsung dalam roda pemerintahan, sehingga bisa menentukan personal kabinet. Ini sangat tidak masuk akal,” masih kata Adhie.
“Tapi semua yang tidak masuk akal itu kini menjadi fakta. Rizal Ramli dipanggil Presiden ke Istana saat sedang menyampaikan kesaksiannya secara live di TV (One) atas perilaku Ahok dan pengembang yang banyak menyimpang dalam kasus reklamasi pantai utara Jakarta,” tutur Adhie.
Lalu sebagaimana sudah kita ketahui bersama, Rizal Ramli kemudian meninggalkan acara ILC sebelum waktunya, menghadap presiden di Istana guna mendengar keputusan pemberhentian dirinya sebagai Menko Maritim & Sumber Daya, yang oleh presiden sebelumnya diperintahkan menyelesaikan kasus reklamasi.
“Inilah kenyataan. Dunia politik memang tidak mempersoalkan ‘siapa benar dan siapa salah’ tetapi persoalan ‘menang dan kalah’. Dalam pertarungan Rizal Ramli vs Ahok (dan para pengembang) faktanya Rizal Ramli kalah,” Adhie melanjutkan.
“Tapi perjuangan membela kepentingan publik (para nelayan) dan melawan para pencemar lingkungan tidak harus dalam posisi anggota kabinet, tapi bisa dilakukan kapan saja dan dari mana saja,” pungkas dia.
(Prw)