KedaiPena.Com – Ada beberapa negara yang memindahkan ibu kotanya. Ada yang berhasil, ada juga yang tidak. Namun, kebanyakan gagal dan hanya sekedar jadi monumen proyek.
Negara pertama adalah Brazil yang memindahkan ibukota dari Rio de Jainero ke Brazilia City. Jarak dari ibukota lama ke Brazilia City sangat jauh, harus terbang 3-4 jam.
“Hasilnya ibu kota baru nyaris tidak berfungsi, karena para pejabat juga malas rapat mesti terbang 3-4 jam ke Brazilia City,” kata begawan ekonomi Rizal Ramli di Jakarta, ditulis Selasa (20/9/2021).
Selain itu, para pengusaha dan masyarakat yang ingin bertemu pejabat juga malas terbang ke ibukota baru. Mereka tetap melakukan pertemuan di ibu kota lama.
“Sehingga ibu kota baru hanya tempat ‘retreat’ para pejabat. Kalau memang ada rapat, seminar, workshop, cuma jadi alat habisi biaya perjalanan dinas atau SPJ. Karena dalam prateknya, hampir semua keputusan rapat dan pertemuan itu dilakukan di ibu kota lama, karena jaraknya yang jauh sekali,” lanjutnya.
Negara lain yang sempat gagal adalah India. Dari sebelumnya di Kalkuta, India sempat membangun pusat pemerintahan di Punjab, tepatnya di Shimla.
“Ibu kota lama itu padat, macet, kumuh. India lalu mau bikin ibu kota baru di Punjab yang dingin dan lingkungan hidupnya lebih bagus. Namun sayang tidak ada pejabat, orang bisnis atau rakyat yang punya urusan mau terbang tiga jam ke utara,” jelas RR, sapaan dia.
Akhirnya pemerintah India mengganti, bikin ibu kota baru di New Delhi yang jaraknya hanya setengah jam dari Old Delhi (Kalkuta) dan ternyata efektif berfungsi.
Selanjutnya adalah Australia yang memindahkan ibukota ke Canberra. Kota baru itu kosong pada akhir pekan, dan tidak menjadi pusat kehidupan. Kota Sydney dan Melbourne jauh berkembang di Australia.
Yang juga menarik adalah Malaysia yang berhasil membangun ibukota baru yaitu Putrajaya.
“PM Mahatir Mohammad membangun ibu kota baru karena Kuala Lumpur sudah terlalu padat. Jaraknya dekat, naik mobil kurang dari 1 jam sampai di Putrajaya. Akhirnya parlemen pindah ke situ, kegiatan pemerintah ke situ, orang bisnis dan rakyat butuh sesuatu bisa pergi ke ibu kota baru,” jelas Rizal.
RR sampai saat ini bingung dengan rencana pemindahan ibukota Indonesia ke Kalimantan. Apakah memang betul untuk kebutuhan negara, atau hanya sekedar ambisi Presiden Jokowi.
“Jadi saya tidak ngerti, kok Jokowi punya ide pindahin ibu kota yang 3-4 jam naik pesawat. Contoh dengan jarak seperti itu banyak gagal, yang berhasil itu jaraknya maksimum 2 jam naik mobil,” tandas RR.
Laporan: Muhammad Lutfi