KedaiPena.Com – Banyak tantangan yang dialamatkan kepada Rizal Ramli untuk membenahi perusahaan negara yang bakal ambruk.
Di awal reformasi contohnya. Tangan dinginnya sukses merevitalisasi Bulog dan Semen Gresik Group. Di bawah kendalinya, kinerja dua perusahaan plat merah ini melampaui ekspektasi banyak pihak.
Keuntungam SG Group naik dari Rp400 miliar menjadi Rp3,2 trilliun dalam dua tahun. Sehingga, perusahaan semen tersebut masuk ke tujuh besar BUMN, dari segi asset dan keuntungan. Padahal sebelumnya, SG Group berada di bawah urutan 20.
Rizal juga pernah menoreh tinta emas ketika menangani PT PLN (Persero). Melalui berbagai terobosan, perusahaan itu lolos dari kebangkrutan.
Begitu pun di era Joko Widodo. Eks Menko Ekonomi dan Menkeu rezim Presiden Abdurrahman Wahid itu diminta memperbaiki PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, pertengahan Maret 2015, dengan menjabat komisaris utama.
Meski cuma menjabat sebagai Komut BNI hingga Agustus 2015, Rizal melakukan banyak hal tanpa omong besar. Misalnya, menajamkan corporate plan lima tahun (2015-2020).
Dari sini, digariskan sejumlah goals berikut strateginya. Rizal Ramli beruntung dibantu oleh Dirut BNI Achmad Baiquini yang hebat dan Direksi BNI yang bagus-bagus dan kompak, serta team komisaris professional.
Beberapa misi penting yang digariskannya antara lain seperti mengejar BCA. Dia juga minta angka kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) diturunkan secara signifikan. Langkah ini penting, karena menjadi prasyarat utama untuk bisa tumbuh pesat.
Misi lain, menggenjot pertumbuhan kredit di atas rata-rata nasional yang 12 persen. Agar mampu menggenjot kredit, permodalan BNI diperkuat. Caranya, revaluasi aset.
Rizal Ramli juga fokus pada salah satu sumber penghasilan utama perbankan, kartu kredit. Saat itu, kinerja kartu kredit BNI biasa-biasa saja. Bahkan, untuk ukuran bank nasional dengan aset ketiga terbesar, prestasi tersebut masuk kategori di bawah banderol.
Padahal, kalau dikelola dengan baik, kartu kredit bisa jadi sumber penerimaan yang amat bagus. Maklum, pendapatan bunga dari kartu kredit jauh melampaui pos penerimaan lainnya. Makanya, Rizal mengumpulkan seluruh jajaran komisaris dan direksi serta diminta menggenjot kartu kredit.
Selanjutnya, sejumlah tips dan langkah dia sarankan agar dilaksanakan oleh manajemen untuk mewujudkan misi tersebut. Salah satunya, meminta manajemen menjadikan data mining sebagai sumber informasi penyaluran kredit.
Lewat data mining, rekam jejak debitor sudah dapat diketahui dan manajemen bisa menentukan berapa besaran kredit baru yang bisa diberikan kepada yang bersangkutan. (Bersambung)