KedaiPena.Com – Begawan ekonomi DR. Rizal Ramli menyarankan agar Turki tidak tergiur pada rayuan pihak-pihak yang menyarankan meminta bantuan dari International Monetary Fund (IMF).
Rizal mengakui bahwa situasi yang dihadapi Turki sangat pelik. Namun bukan berarti tidak ada alternatif jalan keluar yang bisa diambil.
“Ini pilihan sulit buat Turki. Mata uangnya jatuh, dan disarankan meminjam ke IMF. Kalau itu yang dipilih, mata uangnya makin jatuh,” ujar Rizal Ramli di Jakarta, ditulis Senin (18/6/2018).
Rizal mengingatkan, pinjaman dari IMF hanya akan digunakan untuk menyelamatkan kreditor. Sementara perekonomian akan semakin ambruk.
“Bisa-bisa Erdogan jatuh, persis yang dialami Soeharto di Indonesia 1998 karena mengikuti saran Wijoyo dan kawan-kawan untuk meminta bantuan dari IMF,” sambungnya.
Rizal menyarankan Erdogan mengikuti jejak Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dan Gubernur Bank Sentral Malaysia Zeti Akhtar Aziz.
“Mereka menolak IMF dan memilih jalan sendiri. Akhirnya ekonomi Malaysia selamat dari krisis ekonomi 1998 tanpa tergores sama sekali,” demikian Rizal Ramli.
Untuk diketahui, nilai tukar mata uang Turki cenderung anjlok hingga 20 persen. Tren penurunan nilai tukar terjadi sejak awal tahun ini. Turki sesungguhnya sedang berdiri di tepi jurang krisis ekonomi.
Agar perekonomian Turki bisa diselamatkan, begitu juga posisi politik PKP dan Erdogan, berbagai analis menyarankan Turki melirik IMF sebagai dewa penyelamat.
“IMF adalah jangkar, dan negeri ini (Turki) membutuhkan dorongan yang meyakinkan,” ujar Tim Ash, seorang analis senior di Blie Bay Asset Management di London, seperti dikutip dari AhvalNews6.
Menurut berbagai analis, nilai tukar lira melemah karena arus keluar dolar AS yang sangat tinggi menyusul keputusan The Fed menaikkan tingkat suku bunga.
Penurunan nilai tukar lira semakin tak terkendali bulan Mei lalu setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan rencana pengaturan suku bunga. Rupanya, rencana itu tak disukai investor. Nilai tukar lira terjerembab ke titik terendah 4,69 lira per dolar AS.
Bank Sentral Turki beberapa kali berusaha menahan kejatuhan nilai tukar mata uang, misalnya dengan menaikkan suku bunga dari 13,5 persen menjadi 16,5 persen dengan maksud agar dolar AS betah berlama-lama mengendap di Turki.
Tetapi kebijakan itu pun tak banyak membantu. Walhasil posisi Erdogan terancam menjelang pemilihan umum yang akan digelar 24 Juni mendatang.
Popularitas dan elektabilitas Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) yang dipimpin Erdogan menurut sejumlah survei menghadapi masalah sangat serius.
Ada kemungkinan PKP akan kehilangan posisinya sebagai mayoritas di Parlemen. Di sisi lain, posisi aliansi oposisi yang dimotori Partai Rakyat Republikan (PRR) menguat secara signifikan.
Kandidat presiden dari PRR, Muharrem Ince, diperkirakan akan menghadapi Erdogan dalam putaran final (run off) pemilihan presiden pada 8 Juli mendatang.
IMF pun sudah mewanti-wanti Turki. Dalam laporan di akhir bulan April lalu, IMF mengatakan bahwa stimulus yang diberikan pemerintah untuk menahan kejatuhan lira hanya akan membuat ekonomi Turki semakin buruk. Sementara situasi semakin panas, dan dikhawatirkan akan terjadi hard landing.
Laporan: Ricki Sismawan