KedaiPena.Com – Kunci utama mewujudkan Indonesia yang sejahtera adalah menolak campur tangan asing. Sebab, sejak abad ke-16 bangsa-bangsa Eropa sudah mengincar kekayaan alam negeri ini.
Demikian benang merah diskusi kebangsaan tokoh nasional Rizal Ramli dengan Sultan Tidore H. Husain Sjah di Kedaton Tidore, Minggu (3/12).
Rizal Ramli mengungkap penyebab Indonesia tertinggal dari negara asing, seperti, Cina. Padahal, 40 tahun silam, negeri tirai bambu tersebut perekonomiannya jauh di bawah Indonesia.
“Dulu, Cina lebih miskin dari kita, tetapi kini sudah nomor dua di dunia. Karena pemimpin mereka tidak mau didikte oleh kepentingan asing, seperti, IMF dan Bank Dunia,” kata Rizal Ramli.
Senada dengan Rizal Ramli, Sultan Tidore, Husain Sjah pun bercerita bahwa leluhurnya yang pernah menguasai sepanjang Maluku, Papua hingga Vanuatu ini sejak dulu sudah menyadari bahwa asing punya kepentingan ingin menguasai kepulauan kaya rempah ini.
“Di era Sultan Mansyur, Spanyol datang tapi hanya boleh berdagang saja, tidak boleh berkuasa. Sultan sangat tegas menyadari agenda terselubung mereka,” tukas Sultan Husain Sjah.
Akibat perlawanan Kesultanan Tidore, Tuan Guru dibuang Belanda ke Ambon. Karena semangat perlawanannya yang tak pernah pudar, Belanda kemudian membuangnya ke Batavia.
Karena di Batavia juga masih mengorbankan perlawanan kepada Belanda, Sultan Mansyur pun dibuang ke Cape Town, Afrika Selatan. Merasa tak cukup puas, Belanda lalu mengasingkan Sultan Mansyur selama tujuh tahun ke penjara Robin Island.
“Robin Island tempat penjara Nelson Mandela. Nelson Mandela terinspirasi perjuangan Tuan Guru, hingga menjadikan Pahlawan Nasional,” katanya.
Menurut Sultan Husain Sjah, kehadiran Rizal Ramli ke Tidore adalah berkah. Karena, mengingatkan akan perjuangan Sultan Mansyur yang berani menolak campur tangan asing.
“Sudah lama saya menganggumi pemikiran ekonomi Rizal Ramli. Pemikiran dia (Rizal Ramli) sama seperti Sultan Mansyur. Kalau benar Indonesia ingin maju, seharusnya Rizal Ramli ada di pemerintahan,” ujarnya.
Sultan mengakui dirinya sebagai PNS pernah mendapat berkah kenaikan dua kali di era Pemerintahan Gus Dur.
“Di era pemerintahan Gus Dur, saya pernah jadi PNS, dan dua kali naik pangkat,” kata Sultan Husain.
Rizal Ramli pun menimpali bahwa pemerintahan Gus Dur yang pendek mampu mendongkrak kenaikan pertumbuhan ekonomi hingga enam persen. Dari minus tiga persen naik hingga surplus tiga persen.
“Kedua, menaikan gaji PNS, tentara dan polisi, yang dirasakan Sultan. Prestasi ketiga Gus Dur, adalah warisan pluralisme,” tutur Rizal Ramli.
Terkait kesenjangan di kawasan timur Indonesia, Rizal Ramli punya resep untuk mengatasi itu. Hal penting yang harus dilakukan adalah komponen Maluku bersatu memperjuangkan kenaikan Dana Alokasi Khusus. Pertimbangan ketertinggalan dan luas lautan, kekayaan ikan dan mineral di dalamnya, harus masuk perhitungan.
“Berjuang dengan strategi ini penting agar pembangunan tidak harus melulu mengandalkan utang,” tandas Rizal Ramli.
Laporan: Muhammad Hafidh