KedaiPena.Com – Pemimpin-pemimpin dunia yang bijaksana paham bahwa kebebasan ada batasnya. Batas kebebasan itu adalah tidak boleh menghina agama, karena ‘faith‘ adalah soal keyakinan, bukan hanya rasionalitas.
Demikian disampaikan Tokoh Nasional DR Rizal Ramli mengomentari sikap Presiden Perancis Emmanuel Macron yang menyatakan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis, di manapun di dunia.
“Banyak yang protes Presiden Macron karena memperlihatkan Islam-Phobia. Macron seharusnya menentukan batas kebebasan (‘liberte, egalite, fraternite’) dan ‘faith‘,” kata Rizal Ramli kepada KedaiPena.Com, Minggu (1/11/2020).
Tapi, lanjut dia, anehnya yang protes malah biarkan. Sebab, kalau ditanggapi, akan dibilang pelihara ‘Islam-Phobia’.
“‘Wes wolak-walik‘ (dibolak-balik),” lanjut Rizal.
Ia pun mengingatkan, di negara Pancasila (Indonesia) juga tidak boleh ada ‘phobia’ terhadap Islam, Kristen, Budha, Hindu dan agama apapun.
“Jika kita mengakui Pancasila, tidak boleh ‘phobia’ terhadap agama apapun, Islam, Kristen, Katolik, Budha dan lain-lain,” imbuhnya.
“Kalau ‘phobia‘, otak-atik soal ‘faith‘, Indonesia bisa berubah jadi Lebanon. Dulu damai & makmur, ‘Paris van Middle East’. Dikocok soal Agama jadi rusuh terus, makin miskin,” tandas Rizal.
Sebelumnya, Presiden Perancis Macron, dalam kesempatan pidatonya yang diunggah BFM TV pada 2 Oktober 2020, juga mengumumkan rencana mempertahankan nilai-nilai sekuler Perancis dari apa yang disebut “radikalisme Islam”.
Mengutip Al Jazeera, ia juga menegaskan tidak akan ada kelonggaran yang akan dibuat dalam upayanya mendorong agama keluar dari pendidikan dan sektor publik di Perancis.
Ia mengumumkan pemerintah Perancis akan mengajukan undang-undang tersebut pada Desember mendatang untuk memperkuat Undang-Undang tahun 1905 yang memisahkan gereja dan negara dan secara resmi membuat Perancis menjadi negara sekuler.
Langkah tersebut, menurut Macron, dilakukan untuk mengatasi tumbuhnya radikalisasi di Perancis dan meningkatkan “kemampuan untuk hidup berdampingan”.
Pernyataan itu sontak memicu reaksi dari para aktivis muslim, tak hanya dari komunitas muslim Perancis melainkan di seluruh dunia.
Laporan: Muhammad Lutfi