KedaiPena.Com – Tokoh Nasional Rizal Ramli menghargai kajian pakar dan sikap NU Khittah tentang Ibu Kota Negara (IKN) yang baru.
“Saya sangat tergugah bahwa ternyata NU Khittah betul-betul dapat merasakan keresahan rakyat terhadap rencana pindah ibu kota ke Penajam, Kaltim,” ujar Rizal di Jakarta, Sabtu (4/2/2022).
Upaya pindah Ibu Kota itu, sambung Rizal, artinya menghilangkan hubungan sejarah dengan Jakarta, kota Batavia yang dulu direbut Sunan Gunung Jati.
“Pindah Ibu Kota itu memutuskan hubungan sejarah dan sosiologis dengan Wali Songo, dengan sejarah Jawa secara umum. Ibukota pindah, ngolah-ngalih, wong bikin bingung tercabut dari sejarah bangsanya,” ujar Gus Romli, sapaan Rizal di kalangan Nadhliyin.
Mantan Menko Perekonomian ini bertanya, IKN baru ini diperuntukan untuk rakyat dan bangsa, atau hanya ambisi pribadi Jokowi?
“Akankan bermanfaat, fungsional atau hanya jadi monumen kagagalan? Bagaimana pembiayaannya? Jangan-jangan IKN hanya bakal jadi ‘vasal state’? Kok tega amat sih?,” kecewa Rizal.
Kota Jakarta adalah aset Bangsa Indonesia yang sangat bernilai. Jakarta sudah jadi ‘melting pot’, kota kesatuan dan kebersamaan seluruh bangsa.
“Pemerintah RI utangnya sudah mencapai sekitar Rp.6.500 triliun dan pendapatan negara jauh lebih rendah dari belanja negara yang bisa berujung pada kesulitas likuiditas. Apalagi ditambah dengan perkiraan biaya tahap 1 ibu kota baru mendekati Rp500 trilliun. Total bisa mencapai Rp1500 trilliun,” lanjut dia.
“Karena tidak punya uang dan “koppig” tetap ingin bangun Ibu Kota Baru, maka hal yang akan terjadi adalah bagaikan orang diberikan mandat mengelola rumah warisan dari hasil perjuangan, tapi memilih menjual rumah hasil perjuangan tersebut dan memilih mengontrak di rumah yang baru demi mewujudkan keinginan pribadi yang spekulatif. Anggaran tak cukup, proyek Ibu Kota Baru sekedar cuma jadi beban negara,” tandas Rizal Ramli.
Laporan: Muhammad Lutfi