DALAM berbagai kontestasi politik, semacam pilpres, kemenangan telak dalam debat terbuka dapat menyumbang sekitar 30 persen suara mengambang. Apalagi di saat ketokohan, yang selama ini menjadi andalan, sudah mentok elektabilitasnya.
Menurut rekan kami yang berprofesi sebagai ilmuwan politik sekaligus pollster, elektabilitas “sebenarnya†(tidak merujuk pada publikasi berbagai lembaga survey yang diragukan kredibilitasnya) Jokowi hanya di kisaran 30%, sementara Prabowo hanya di 20%.
Artinya, untuk dapat menang, baik Jokowi maupun Prabowo membutuhkan pasangan yang jago berdebat hingga mampu mendapatkan tambahan 30% suara mengambang di debat terbuka Pilpres tahun depan.
Orang ini tentu harus memiliki kemampuan analisa dan retorika yang di atas rata-rata. Sehingga siapapun lawan debatnya pasti akan dilahap seluruh argumennya tanpa ampun di depan publik.
Jadi Jokowi atau Prabowo sebenarnya tidak membutuhkan seorang santri kharismatik yang banyak pendukungnya, tidak juga pengusaha yang sukses, sebagai pasangan mereka, karena tidak akan dapat membantu mereka di debat terbuka pilpres. Tapi, tokoh santri atau pengusaha sukses ini untuk membantu di belakang, sebagai jurkam atau timses, boleh jadilah.
Lantas, siapa orang tersebut? Mungkin orang yang lumayan retorikanya yang selama ini dikenal publik adalah Anies Baswedan. Kita semua sudah tahu kualitas beliau saat berpidato dan berdebat di Pilkada DKI tahun lalu.
Tapi ternyata ada tokoh lain yang lebih tepat, orang yang Anies Baswedan pun mengganggapnya sebagai gurunya di dunia aktivis pergerakan, seperti diungkapkan sendiri oleh Anies di Balaikota. Dia adalah ekonom senior Rizal Ramli.
Bagaimana tidak? Sekelas Sri Mulyani yang namanya harum sebagai menteri terbaik dunia saja tidak berani melayani Rizal Ramli debat.
Apalagi masalah ekonomi adalah yang paling krusial saat ini hingga Pilpres. Rizal sebagai ekonom senior yang berkali kali jadi menteri dan berbagai jabatan internasional, pasti akan sangat mumpuni.
Memangnya siapa di negeri ini yang berani layani Rizal Ramli debat masalah ekonomi? Orang yang ditakuti Sri Mulyani dan yang dianggap guru oleh Anies Baswedan.
Bila digandeng Jokowi, Rizal akan mampu menjelaskan (melindungi) performa ekonomi penerintahan Jokowi periode pertama dan menjanjikan harapan perbaikannya di periode kedua Jokowi. Dengan memilih Rizal, Jokowi akan dianggap kembali mengambil haluan ekonomi kerakyatan.
Sementara, bila digandeng Prabowo, Rizal akan memblejeti habis kinerja ekonomi inkumben tanpa ampun dan menjanjikan harapan pergantian haluan atau percepatan di pemerintahan Prabowo.
Satu lagi keuntungan Prabowo, Rizal Ramli adalah simbol penolakan Reklamasi Teluk Jakarta, karena Rizal direshuffle Jokowi akibat masalah Reklamasi ini.
Itulah keunikan dari keberadaan sosok seperti Rizal Ramli, yang mungkin belum tertangkap publik dan para elit politik.
Demikian kiranya opini saya, semoga membantu dunia perpolitikan Indonesia untuk lebih rasional memandang masa depan. Karena menang Debat Pilpres adalah kunci.
Oleh Azwar Abdullah, Pemerhati politik, tinggal di Serpong