KedaiPena.Com – Akhir tahun lalu Pemerintah kelihatan optimis yang menggebu-gebu. Baik Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Presiden Jokowi yakin bahwa pada 2021 ekonomi kita akan pulih dengan cepat bahkan bisa sampai 5,5-6 persen.
Tapi, waktu itu begawan ekonomi Rizal Ramli mengatakan, jangan memberi mimpi yang tidak bisa rasional. Karena sebelum krisis saja, perekonomian cuma tumbuh 5 persen.
“Kok sekarang mau mimpi, bahwa 2021 tumbuh pesat. Ternyata itu hanya ramalan penuh ‘halu’, istilah anak muda sekarang. Halusinasi mimpi akan pulih dengan cepat, ternyata pada kuartal ini BPS menyatakan Indonesia masih resesi pertumbuhan masih negatif,” ujar Rizal di Jakarta, ditulis Senin (10/5/2021).
Karena jelas pertumbuhan itu 55 persen dari konsumsi. Nah saat ini, rakyat daya belinya jatuh. Dan kedua peredaran uang berkurang, disedot untuk bayar utang ini. Sehingga dari Juni tahun lalu sampai Maret kemarin itu pertumbuhan pertumbuhan kredit negatif.
“Maret kemarin itu -3 persen. Jadi jangan (uang) yang ada saja disedot, tapi bagaimana daya beli bisa naik, ini faktor yang daya beli masyarakat hancur,” tegas RR, sapaannya.
Yang kedua, labjut dia, adalah pengeluaran pemerintah. Kemampuan fiskal pemerintah makin terbatas karena defisit besar. Bahkan, untuk bayar bunga pinjaman saja masih pinjam, bahkan sampai memaksa Bank Indonesia untuk menerbitkan lebih dari Rp1000 triliun.
“Belum cukup, Pemerintah juga mau ngambil uang dari dana haji untuk infrastruktur, mau ngambil dana wakaf dan sebagainya. Wong mau bayar THR saja kesulitan,” lanjut dia.
Jadi kemampuan fiskal untuk memacu pertumbuhan ekonomi makin lama makin jeblok. Rizal awalnya memperkirakan di kuartal II 2021 ada perbaikan, karena biasanya saat Lebaran, golongan menengah ke atas pulang kampung dan menggerakkan ekonomi.
“Tapi ini kan golongan menengah ke atas tidak pulang kampung jadi dampak Lebaran ke ekonomi itu tidak sebesar biasanya,” RR menambahkan.
Laporan: Muhammad Lutfi