Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
Meletusnya aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam menentang otoriterianisme Soeharto pada tahun 1978, yang tercatat dalam sejarah sebagai salah satu gelombang protes terbesar mahasiswa Indonesia kepada penguasa yang zalim kala itu semangat perlawanannya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi di Rumah F.
Di rumah yang merupakan asrama mahasiswa ITB inilah dulu tokoh nasional Dr Rizal Ramli pernah tinggal. Di usia 20-an tahun kala itu Rizal Ramli merupakan salah satu tokoh sentral aksi demonstrasi besar tersebut bersama Irzadi Mirwan, Heri Ahmadi dan Abdul Rachim. Rizal Ramli waktu itu Deputi Ketua Dewan Mahasiswa ITB.
Aksi mahasiswa yang antara lain berbuntut pada didudukinya Kampus ITB selama lebih dari tiga bulan oleh aparat bersenjata ini bukan hanya menyimpan banyak kisah patriotik para mahasiswa dalam membela kepentingan rakyat dan kecintaan mereka kepada tanah air tetapi juga termasuk fenomenal karena di dalam aksi tersebut para mahasiswa menerbitkan sebuah karya intelektual, yaitu Buku Putih Perlawanan Mahasiswa ITB Terhadap Orde Baru yang berisi kritik yang disusun secara sistematis dan menggambarkan berbagai ketimpangan sosial, politik serta ekonomi pada masa itu.
Penulis buku yg dilarang beredar itu tak lain adalah Rizal Ramli, Irzadi Mirwan, Abdul Rachim dan Josef Manurung.
Rumah F sendiri adalah sebuah bangunan rumah tua bergaya art deco yang merupakan bagian dari asrama mahasiswa ITB
Asrama mahasiswa ITB kala itu terdiri dari Rumah A sampai Rumah H yang masing-masing lokasinya terpisah. Rumah A, B, C, F, dan G terletak di Jalan Ganesha 10, di depan Kampus ITB.
Rumah D dan E agak jauh, yaitu di Jalan Taman Sari dekat Balubur. Sedangkan Rumah H lebih jauh lagi, dekat komplek perumahan dosen, Jalan Sangkuriang, Cisitu, Dago.
Rizal Ramli menempati Rumah F, yang terdiri dari dua lantai dengan 11 kamar, dan 21 tempat tidur yang masing-masing dilengkapi sebuah meja belajar sederhana.
Dengan jumlah kamar dan jumlah tempat tidur tersebut satu kamar dapat dihuni maksimal empat orang.
Penentuan penghuni yang akan menempati kamar-kamar tersebut dilakukan berdasarkan urutan senioritas tahun angkatan kuliah. Senior2 berperan sebagai pimpinan asrama. Tugasnya menegakkan tata tertib, sehingga suasana kekeluargaan terjaga dengan baik.
Di Rumah F Rizal Ramli tinggal sekamar dengan Bemby Uripto, mahasiswa asal Jakarta, yang kelak jadi pejabat tinggi di Bappenas.
Waktu pertama tinggal di Rumah F Bemby menempati kamar bersama tiga penghuni lainnya. Semester berikutnya saat tahun perkuliahan baru, Bemby pindah ke sebuah kamar yang dihuni berdua dengan Rizal Ramli.
Penghuninya sering kedatangan tamu terutama di hari libur. Yang datang bukan cuma mahasiswa ITB, tapi juga mahasiswa dari kampus lain.
Mahasiswa gondrong dan jarang nyisir yang menjadi teman sekamar Bemby tak lain adalah Rizal Ramli, yang memang punya banyak teman dan punya banyak kesibukan. Antara lain memimpin Student English Forum, Deputi Dewan Mahasiswa, dan aktif dalam beberapa kegiatan lainnya.
Sebagai pemimpin Student English Forum teman pergaulan Rizal Ramli termasuk para bule dari luar negeri, yaitu mahasiswa dari mancanegara yang jumlahnya cukup banyak.
Di hari libur kalau sedang tidak kedatangan teman-temannya Rizal Ramli biasanya membaca buku di kamar. Bacaannya bervariasi dari bermacam pengetahuan.
Soal kebiasaan membaca ini ternyata ada satu cerita unik. Selain gemar baca buku Rizal Ramli juga rajin membeli majalah. Uniknya kalau majalah tersebut penuh gambar iklan Rizal Ramli lebih dulu menyobek gambar-gambar tersebut. Setelah itu dia baru membacanya.
Bemby Uripto tidak pernah menanyakan kebiasaan ‘’aneh’’ ini. Tapi ia menduga Rizal Ramli yang serius kalau sedang membaca, mungkin ingin fokus. Tidak mau terganggu konsentrasinya oleh gambar-gambar iklan.
Ada lagi cerita. Suatu hari Bemby Uripto diingatkan oleh salah seorang senior soal Rizal Ramli yang jarang ngumpul dengan para penghuni Rumah F.
Di Rumah F memang tersedia ruangan untuk berkumpul, ngobrol-ngobrol untuk bersantai. Ada televisi dan berbagai bacaan. Rizal Ramli jarang nongol disitu. Muncul sebentar, tapi kemudian pergi lagi, dan pulang larut malam.
Bemby menyampaikan ‘’peringatan’’ ini kepada Rizal Ramli. Karena karakternya suka berterus-terang dan suka blak-blakan Rizal Ramli ternyata merasa terusik, sehingga langsung menemui senior tersebut, supaya jangan berbicara di belakangnya.
Kejadian kecil ini ternyata sangat berkesan bagi Bemby bahwa Rizal Ramli sejak mahasiswa memang tidak berubah. Tipe orang yang suka menghadapi mereka yang merasa lebih berkuasa.
Kalau sedang ada waktu kesukaan lainnya yang dilakukan Rizal Ramli adalah main pingpong dan catur. Kalau sudah melakoni permainan ini Rizal Ramli ogah berhenti. Setiap ada penghuni baru pasti diajaknya main catur sampai bosan. Selama belum capek papan catur tak bakal dilipatnya.
Bagi Rizal Ramli catur mirip matematika. Sama-sama untuk mendisiplinkan pikiran dan menyelesaikan masalah melalui beragam solusi yang kadang tidak terduga.
Dalam hal kemampuan berbahasa Inggris Rizal Ramli jauh lebih unggul dibandingkan dengan teman-temannya. Di tengah kesibukan kuliahnya Rizal Ramli juga jadi guru bahasa Inggris untuk murid-murid sekolah asing (ekspatriat).
Setiap bulan ia mendapat kiriman materi pelajaran dari University of Nebraska, Amerika. Materi inilah yang diajarkan Rizal Ramli kepada murid-murid asing setingkat SMP dan SMA.
Sebagai pimpinan Student English Forum Rizal Ramli pernah mengundang seorang profesor dari Hawaii, Amerika, untuk menjadi juri kompetisi pidato berbahasa Inggris tingkat Kota Bandung dan nasional, dengan peserta mahasiswa dari seluruh Indonesia.
Pada tahun 1976 event ini diperbesar oleh Rizal Ramli. Jika pada tahun-tahun sebelumnya hanya berskala lokal, kali ini selain mendatangkan juri dari Hawaii, pesertanya pun bukan hanya mahasiswa, tapi murid SMA se-Indonesia. Rizal Ramli juga menyelenggarakan lomba baca puisi berbahasa Inggris dengan juri dari British Council.
Kelompok studi bahasa Inggris ini sebelumnya bernama English Conversation Club yang dipimpin Fadel Muhammad, saat Rizal Ramli menjadi ketuanya namanya diubah oleh Rizal Ramli menjadi Student English Forum dengan skala kegiatan yang lebih luas.
Itulah sepenggal kisah tentang kenangan Rumah F yang pada hari Sabtu 27 Mei lalu dikunjungi kembali oleh Rizal Ramli untuk bernostalgia bersama beberapa temannya sesama mahasiswa ITB angkatan 1973.
[***]