KedaiPena.Com – Capres rakyat Rizal Ramli menjelaskan filosofi belah durian saat deklarasi capres. Kata dia, durian itu rasanya enak, tapi saat membukanya itu susah.
“Banyak durinya, jadi mesti hati-hati dan belahnya juga susah. Tapi ‘when we done that’s difficult job’, sekali kita sudah beresin pekerjaan yang susah itu, durian itu memang isinya enak,” kata Rizal di Jakarta, ditulis Kamis (15/3/2018).
RR, sapaannya menganalogikan durian tersebut seperti Indonesia yang banyak sekali duri-durinya. Ia pun lantas mengingatkan kembali tentang jurus “Rajawali Ngepret” yang selama banyak digaungkan media.
“Saya waktu itu kan terkenal dengan jurus rajawali ngepret, sebetulnya yang dimuat media yang ngepretnya doang padahal ada satu lagi jurus Rajawali Bangkit, itu sebetulnya seperti Bung Karno, gebrak, dobrak, bangun!,” katanya.
Rizal mengaku pernah ditanya Presiden Jokowi perihal kenapa dirinya suka memberi kepretan. Lantas ia pun menjawab.
“Mas Jokowi, kalau kita panen padi di desa, tikusnya banyak banget. Jadi kita perlu kepret dikit, bikin heboh, lalu tikusnya kabur, dan panennya bisa buat rakyat. Nah di Indonesia ini tikusnya banyak banget, jadi harus dikepret,” ungkapnya.
Rizal sendiri dalam acara deklarasi pencapresan mengungkapkan keprihatinannya sehingga mendeklarasikan diri siap memimpin Indonesia.
“Dalam banyak kasus, presiden sering diintervensi oleh kekuatan-kekuatan besar baik dari dalam maupun luar negeri sehingga kebijakan yang bagus untuk Indonesia justeru dibatalkan. Itulah alasan mengapa Rizal Ramli memutuskan siap untuk memimpin Indonesia untuk tahun 2019-2024,” demikian Rizal Ramli.
Ia juga mengatakan sejak 40 tahun lalu waktu mahasiswa di ITB, dirinya selalu tidak bisa terima bangsa yang kaya ini mayoritas rakyatnya masih miskin.
Awalnya ketika mahasiswa ia mengira masalahnya karena pendidikan, karena pada waktu itu ada 8 juta anak usia sekolah dasar (SD) tidak bisa bersekolah karena tak memiliki biaya. Ia pun lantas menggagas Gerakan Anti Kebodohan bersama seluruh BEM se-Indonesia yang tujuannya agar Indonesia memiliki UU Wajib Belajar selama 6 tahun.
“Syukur alhamdulillah, beberapa tahun kemudian pemerintah akhirnya mengambil ide tersebut dan mengumumkan wajib belajar 6 tahun sehingga 8 juta anak bisa sekolah,” ungkapnya.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas