BESARNYA kemungkinan PDIP mengalami kekalahan secara masif dalam Pilkada Serentak yang akan dilaksanakan pada 27 Juni pekan depan akibat berbagai kejadian blunder yang dilakukan oleh para elit & kader partai berlambang banteng bermoncong putih itu diperkirakan akan berdampak kepada Jokowi.
Bukan tidak mungkin dukungan terhadap Jokowi akan semakin melemah dan terbuka kemungkinan akan ada partai lain yang akan menjadi pengusung Jokowi di Pilpres tahun depan.
Skenario ini bisa saja terjadi, namun demikian ada fakta yang tidak dapat dipungkiri yaitu semakin terpuruknya kondisi perekonomian nasional dan lemahnya tim ekonomi di kabinet, di bawah asuhan Sri Mulyani-Darmin-Rini Soemarno-Enggartiasto Lukito, telah terus menerus menggerus elektabilitas Presiden Jokowi, walaupun tampak ada kesan kelemahan-kelemahan itu coba ditutup-tutupi dengan aktifitas Presiden Jokowi yang bertendensi kepada pencitraan.
Di lain jurusan ada pula fakta-fakta bahwa mereka yang menggadang-gadangkan diri ingin menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi di Pilpres tahun depan kini mengalami degradasi dan kian tereliminasi, bahkan beberapa nama dapat dikatakan sudah kandas, antara lain karena visi, track record, kompetensi, dan content yang tidak jelas, serta ada dugaan lantaran mereka sudah tidak memiliki cukup uang untuk bikin pencitraan di media massa.
Karena secara esensi modal mereka memang mengandalkan strategi pencitraan belaka. Mereka bahkan harus dikatakan merupakan orang-orang yang tidak punya rasa percaya diri lantaran hanya berani jadi cawapres. Selain karena ada faktor persoalan kasus-kasus hukum yang membayang-bayangi mereka.
Di sudut lain terdapat Prabowo Subianto yang tampak gamang dengan berbagai persoalannya. Mulai dari soal minimnya logistik, soal aliansi, hingga faktor PKS yang terkenal sangat pragmatis dan mudah sekali balik badan. Di penjuru lain terdapat Gatot Nurmantyo yang sangat ragu-ragu dan terkesan tidak ada konsep serta tidak artikulatif terhadap apa yang menjadi gagasannya.
How about Amien Rais?
Bagaimana Amien Rais yang ikut pula menyatakan diri mau jadi capres? Itu dilakukan Amien sebenarnya adalah sekedar untuk meredam sang besan, yaitu Zulkifli Hasan (Zulhas) supaya menghentikan niatnya yang menggebu-gebu ingin jadi cawapresnya Jokowi.
Seperti diketahui, manuver Zulhas dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum PAN dan Ketua MPR dianggap bisa merepotkan Amien yang tidak ingin Jokowi kembali jadi presiden untuk periode kedua nanti.
Atensi publik kini justru banyak tertuju kepada sosok tokoh nasional Dr Rizal Ramli, yang dengan integritas, track record, kompetensi, keberanian, serta keberpihakannya terutama kepada rakyat kecil dianggap merupakan tokoh yang mampu membangun optimisme dan sebagai ekonom senior memiliki kemampuan untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik dari hari ini.
Fakta juga menunjukkan beberapa lembaga survei misalnya memposisikan Dr Rizal Ramli di posisi tiga besar bersama Jokowi dan Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
Secara figuristik Rizal Ramli adalah tokoh pluralis yang dapat diterima oleh semua lapisan dan golongan masyarakat. Ia dikenal karena reputasi dan prestasinya baik saat menjadi Menko (dan berbagai jabatan lainnya) maupun ketika menjadi masyarakat biasa (tokoh pergerakan) yang selalu memihak kepada kebenaran.
Di sisi lain Rizal Ramli merupakan satu-satunya calon presiden yang bersuara atau mengartikulasikan gagasan, ide-ide, serta pemikirannya yang berciri problem solver berkaitan dengan Indonesia di forum-forum dunia. Ini antara lain karena jaringan pergaulannya yang luas di kalangan internasional yang dibangunnya atas dasar reputasi dan prestasi.
Oleh Arief Gunawan, Wartawan Senior