Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
Sejarawan G.J Resink menyebut Orde Lama sebagai Vorstenlandse Republik alias Republik Keraton.
Cirinya Sukarno menempatkan diri sebagai Waliyul Amri, Penyambung Lidah Rakyat, Nelayan Agung, Paduka yang Mulia, Pemimpin Besar Revolusi, dan seterusnya.
Soeharto di masa Orde Baru mengidentikkan diri sebagai seorang Prabu.
Waktu turun dari kekuasaan ia Lengser Keprabon Madeg Pandito, alias
Prabu yang turun takhta dari kerajaan.
Baca juga: Dukung Amien Rais, Rizal Ramli Sebut Ada Banyak Faktor Kepala Negara Dapat Dilengserkan
Oleh sejarawan Onghokham sejarah Indonesia dilukiskan berputar-putar seperti siklus, bukan evolusioner.
Sejarah Indonesia menurutnya ialah sejarah kelahiran orde-orde, naik ke puncak kejayaan, kemudian jatuh secara tiba-tiba.
Tokoh nasional Dr Rizal Ramli melalui akun Twitter-nya belum lama ini mengintrodusir sebuah istilah yang cukup menggelitik berkaitan dengan orde.
Ia menyebut rezim saat ini sebagai Orde Gombal.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan gombal sama dengan bohong, omong kosong, atau rayuan.
Baca juga: VIDEO: Rizal Ramli: Pemilu 2024 Seperti Drakor
Gombal bisa juga diartikan sebagai ucapan yang tidak benar, tidak sesuai kenyataan, atau omong kosong.
Gombal dapat bermakna sesuatu yang tidak berguna atau tidak berarti.
Salah satu ciri Orde Gombal, menurut Rizal Ramli, antara lain adalah selfie puluhan kali dengan para petani seolah-olah pro-petani.
Namun setelah itu melakukan impor jor-joran, dan para pejabat yang terkait dengan urusan petani mendapatkan uang rente.
Menurutnya, itulah kinerja yang dihasilkan oleh politik pencitraan yang didasari oleh sikap munafik yang tidak ada batasnya.
Baca juga: Rizal Ramli dan Kenangan Perjuangan dari Rumah F
“Penipuan ala drama Esemka, ngasih harapan palsu bahwa ekonomi akan melesat. Itu semua koplak, dan ciri-ciri Orde Gombal,” tandas Rizal Ramli.
Menurutnya, percaya diri itu bagus dan penting. Tapi sok percaya diri tanpa dasar faktual, empirik, dan tanpa memiliki track record terpuji, itu namanya ngawur dan menyesatkan.
Apa yang diwarisi oleh Orde Gombal ?
Selain utang yang terus menumpuk, korupsi yang merajalela, nepotisme yang kian memuakkan, ketidakadilan di bidang hukum, rusaknya kerukunan antar umat beragama, terkurasnya kekayaan alam oleh aseng, dan warisan buruk lainnya.
Sebagai ekonom senior Rizal Ramli juga memperingatkan, Indonesia kini sedang dalam dilema menghadapi masa depan Generasi Z.
Baca juga: Direktur P3S: Pengintaian Terhadap Rizal Ramli itu Konyol
Generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 hingga 2012 itu tumbuh di saat PHK dan pengangguran meningkat seperti saat ini.
Generasi Z juga dihadapkan pada kenyataan bahwa kemiskinan di Indonesia mencapai 40 persen jika dihitung menggunakan standar Bank Dunia.
Belum lagi perlambatan ekonomi Indonesia dan ancaman pengaruh global yang tinggi.
Namun Rizal Ramli sebagai intelektual berciri problem solver yakin Generasi Z bisa menjadi bonus demografi, bukan beban.
Hanya saja ada catatan-catatan khusus yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan diri menghadapi ledakan Generasi Z.
Baca juga: Kisah Bung Hatta Hingga Rizal Ramli Dikuntit Intel
Pertama, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa digenjot dan tidak stagnan di angka 5 persen seperti saat ini, maka jutaan lapangan pekerjaan baru akan terbuka.
“Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia 10 hingga 12 persen, maka akan ada tambahan 4 sampai 5 juta pekerjaan baru,” kata Rizal Ramli menjelaskan.
Pertanyaannya apa Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 10 hingga 12 persen?
Rizal Ramli mengatakan itu hal yang mudah dan bisa dikerjakan. Sebab, negara lain juga mampu mencapai pertumbuhan di angka tersebut.
Indonesia, sambungnya, memiliki kekayaan alam luar biasa, cuaca yang membantu, dan rakyat yang terkenal rajin bekerja.
Baca juga: Rizal Ramli: Era Pemerintahan Jokowi, Indonesia Deformasi
Masalah utama hanya pada para pemimpin yang masih berkualitas KW 2, korup, dan pembohong.
“Kalau ingin tumbuh tinggi, pilih pemimpin amanah dan tinggalkan pertumbuhan berlandaskan utang. Fokus pada strategi dan kebijakan untuk pertumbuhan tinggi. Supaya 40 persen kemiskinan berkurang cepat, dan juga fokus pada kenaikan Human Development Index (HDI),” tegasnya.
Jika ekonomi bisa tumbuh 10 hingga 12 persen maka para sarjana dari Generasi Z akan mendapat pekerjaan layak dan tidak menganggur. Mereka akan menjadi bonus demografi bagi negeri ini.
“Jangan malah mendengarkan pemimpin-pemimpin KW 2 yang korup, nepotis, dan pembohong. Sok-sokan janji ekonomi melesat, wong kinerjanya koplak.” ceplos Rizal Ramli.
Apa arti koplak?
Koplak adalah perilaku konyol, atau tindakan bodoh yang menjadi bahan tertawaan banyak orang.
[***]