Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Wartawan Senior.
MEDIA Orde Baru dulu memplintir fakta Petisi 50 mengkritik pemerintah karena para tokohnya ngambek dilarang jalan-jalan keluar negeri.
Ali Sadikin diancam dibuang ke Nusa Kambangan. Diolok-olok ambisius jadi presiden.
Bang Ali yang suka bicara candid suatu hari berkata:
“Saya nggak punya keinginan jadi presiden. Saya hanya ingin mendidik rakyat supaya berani menyatakan keinginan. Ingin memilih si A, bukan lagi Soeharto”.
Kenapa Petisi 50 disegani? Meski dari segi jumlah terbilang kecil dan relatif nggak punya kekuatan untuk mendesakkan aspirasi? Karena mereka punya legitimasi.
Banyak di antara mereka adalah pejuang dan pendiri Republik. Sehingga memberikan keyakinan kepada rakyat bahwa yang mereka lakukan untuk mewujudkan demokrasi dan cita-cita kemerdekaan.
Legitimasi dan integritas moral penting sehingga oposisi dapat dimaknai sebagai pejuang terhormat.
Pemimpin yang dicintai rakyat esensinya pejuang terhormat. Yang mampu memelihara diri saat di dalam maupun di luar kekuasaan, yang menyatukan kata dan perbuatan dengan mengedepankan kebenaran.
Ronggowarsito, para pujangga bijak dan para resi suci dilukiskan hidup di atas awan, yang turun gunung tatkala mengoreksi keadaan, dan menasihati Raja yang sesat.
Tokoh politik yang konsisten di jalur oposisi dimana-mana di dalam sejarah mendapatkan tempat di hati rakyat.
Mandela, Gandhi, Hatta, Sjahrir, Sukarno, Che Guevara, mendapatkan tempat di kalbu rakyat.
Dalam konteks hari ini analis politik Ubedilah Badrun dari Universitas Negeri Jakarta, menyebut Rizal Ramli berpeluang besar jadi calon presiden pada Pilpres 2024.
Menurutnya, peluang mereka yang menerima kursi menteri di Kabinet Indonesia Maju akan mengecil. Sebaliknya, peluang tokoh yang bertahan di jalur oposisi akan menjadi lebih besar.
Rizal Ramli sendiri bukan tokoh kemarin sore yang menempuh hidup berpihak rakyat. Ia bukan produk Tik Tok dan pencitraan.
Rizal Ramli mendapatkan tempat di hati rakyat karena konsistensi. Sejak mahasiswa menaruh hati dan pikiran untuk rakyat. Mendisiplinkan diri dengan pengetahuan, pergaulan, dan pengalaman, sehingga ciri karakternya problem solver.
Reputasi dan prestasinya adalah catatan panjang tentang tokoh yang mewakafkan hidup buat rakyat, sejak muda, hingga menteri, dan menjadi pejabat negara dengan berbagai posisi penting.
[***]