KedaiPena.Com – Di negara-negara super kapitalis, tidak ada tempat buat badan usaha milik negara atau BUMN. Sementara di Indonesia, BUM harus berterima kasih buat Presiden RI pertama Bung Karno karena menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda.
Demikian disampaikan begawan ekonomi Rizal Ramli di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Dalam prakteknya, sambung Rizal, BUMN banyak yang bagus, sayang lebih banyak yang bermasalah.
“Sebenarnya hal ini bisa diperbaiki. Tentu akhlak. Tapi kalau akhlak tanpa pengetahuan juga ya mohon maaf,” kata Menko Perekonomian era Presiden Gusdur ini.
Sewaktu menjadi Dirut Bulog, Rizal mengaku, dalam waktu satu tahun, untung perusahaan naik menjadi Rp5 triliun.
Lalu saat menjabat Preskom Semen Gresik, dalam waktu dua tahun dia bisa menaikkan keuntungan dari Rp800 miliar ke Rp3,2 triliun.
Kemudian ketika menduduki posisi Preskom BNI, dalam waktu setahun bisa menaikkan ‘margin‘ 87 persen.
“Sebenarnya ilmunya gak sulit-sulit amat. Harus punya visi ‘clear‘, strategi jelas dan cari orang yang bisa ‘execute‘,” tegas eks Menko Maritim ini.
“Kadang kita gak nyambung. Visinya bagus, tapi cuma buat kampanye, buat cari dukungan politik. Strategi gak nyambung,” lanjut mantan Tim Panel Ekonomi PBB ini.
Terus soal penunjukan personalia. Rizal menilai, banyak pihak yang tidak ada hubungannya dengan BUMN dipilih. Ini pun terjadi pada penunjukan menteri dan pejabat negara lainnya.
“Ini cuma buat ‘thanks noted‘ kepada yang beri dukungan politik, dan yang nyumbang.
Itulah kenapa Indonesia susah. Walaupun negara besar dengan segala potensi, paling kaya di Asia, tapi selalu ‘miss opportunity‘. Negara yang punya kesempatan, tapi kemudian kesempatan itu hilang.
“Karena ada inkonsistensi antara visi, strategi, implementasi, personalia,” tandas RR, sapaannya.
Laporan: Muhammad Lutfi