KedaiPena.Com – Polisi bertindak keras dalam penanganan unjuk rasa elemen rakyat di berbagai tempat, beberapa hari belakangan.
Mahasiswa, pelajar, wartawan, sampai tenaga media menjadi korban represifitas aparat. Ribuan korban dilarikan ke rumah sakit, sebagian lainnya ditangkapi polisi.
Tercatat, La Randi dan La Ode Yusuf Badawi tewas di Kendari karena penanganan berlebih pihak kepolisian. Belum lagi kabar dari pelajar pendemo yang tewas terkait unjuk rasa, meski penyebabnya masih simpang siur.
Belum lagi penangkapan para aktivis yang tidak sejalam dengan kepentingan penguasa. Sebut saja musisi Ananda Badudu yang ditangkap karena mentransfer uang ke pendemo dan Dandy Dwi Laksono yang mencuit di Twitter soal Papua.
Tokoh nasional Rizal Ramli pun kecewa dengan hal tersebut. Ketika Gus Dur berkuasa, lanjutnya, dia dan rekan lainnya mengupayakan penghapusan dwi-fungsi ABRI, pisahkan TNI dari Polri.
“Gus Dur sampaikan impiannya kepada saya, supaya Polri bagaikan polisi Inggris berwibawa, pengayom rakyat. Kabareskrim nya bagai Scotland Yard, profesional. Tapi kok sebaliknya yang terjadi,” ujar Rizal, ditulis KedaiPena.Com, Jumat (27/9/2019).
Ia pun menambahkan, aksi protes di Hongkong sudah berjalan lima bulan, keras tapi tidak ada korban. Artinya polisi Hongkong profesional.
“Di Indonesia, banyak korban, polisi tidak profesional, brutal, pukul mahasiswa kayak gebuk maling. Mas Tito (Karnavian, Kapolri) kok ‘budget’ (Polri) segitu besar hasilnya begini? Gus Dur pisahkan Polri dari TNI, kok gini?,” Kecewa Rizal.
“Polisi sudah ‘offside’, karena memukuli adik-adik mahasiswa dengan brutal, ‘off limit’. Apa ‘budget’ Polri yang besar itu tidak digunakan untuk meningkatkan profesionalisme dan disiplin Polisi. Mas Tito cerdas, satu-satunya Kapolri bergelar Doktor. Tolong tunjukkan Polri lebih baik,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh