KedaiPena.Com – Kementerian BUMN RI pimpinan Erick Thohir diminta dapat memberikan dukungan terhadap upaya untuk melindungi atau mengkonservasi cagar budaya yang ada di seluruh Indonesia, terkhusus di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY.
Pasalnya, konservasi cagar budaya penting dilakukan guna mendorong terwujudnya national heritage yang tentu akan berpengaruh pada peningkatan ekonomi bagi masyarakat di sekitar cagar budaya.
Hal tersebut disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDIP Rieke Diah Pitaloka dalam Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR RI ke Provinsi DIY, beberapa waktu lalu.
“Saya mohon dukungan dan kontibusi dari Kementerian BUMN RI terhadap beberapa cagar budaya di Indonesia yang memiliki nilai historis dan religi yang kuat, sama-sama kita berjuang untuk menjadikannya national heritage. Ini penting agar NKRI terap memiliki identitas dan karakter nasional yang lebih kuat. Tentu seiring dengan terwujudnya hal tersebut diharapkan ada peningkatan ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya,” ujar Rieke seperti dikutip, Sabtu,(25/2/2023).
Politisi PDIP itu juga meminta penguatan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan dukungan dari pemerintah pusat secara terintegrasi di dalam penataan tempat wisata dengan nilai sejarah dan religi.
Diharapkan pula, dukungan tersebut tidak hanya di DIY tapi juga yang ada di seluruh Indonesia.
“Kita sedang memperjuangkan objek wisata religi namanya Panembahan Giriloyo. Kita minta untuk dibantu penataannya, termasuk di antaranya ketersediaan listrik bukan hanya di sekitar areal wisata tapi juga di lingkungan sekitarnya. Kami memandang wisata sejarah dan religi ini sangat berarti sehingga penguatannya menjadi penting,” ungkap Rieke.
Di sisi lain. Rieke juga mengusulkan dalam pengelolaan kawasan Borobudur, Prambanan, dan Candi Ratu Boko, perlu ada suatu aktivitas yang bisa mengaktivasi budaya-budaya masyarakat desa yang ada di sekitarnya.
Sehingga, kata dia, diharapkan keberadaannya bisa betul-betul memberikan dampak kemanfaatan dari sisi ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat desa, khususnya di Provinsi DIY.
“Kita mengangkat bukan hanya jualan tempatnya tapi ada hal-hal lain yang sebetulnya kalau mau dihitung dari keuntungan ekonomi pada masa yang akan datang juga memiliki dampak yang besar. Misalnya kami usul ada festival semacam lontar atau naskah-naskah kuno di kawasan candi tersebut. Sehingga, dengan adanya kegiatan kebudayaannya, aktivitas seninya, lalu kemudian ada semacam desa seni, semuanya terintegrasi menjadi satu,” pungkas Rieke.
Laporan: Tim Kedai Pena