KedaiPena.Com – Peneliti Institute Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menyarankan agar pemerintah dapat mendongkrak ekspor untuk mengurangi defisit transaksi berjalan yang terjadi pada kuartal 1 2019.
“Agar mampu mengekspor lebih banyak maka harus diciptakan produk yang kompetitif, semua kementerian yang terkait dengan ekonomi wajib berbenah, bersinergi dalam menciptakan daya dukung untuk memproduksi barang yang bernilai tambah dan berdaya saing di pasar ekspor,” ujar Heri sapaanya dalam diskusi online mingguan Indef, Minggu, (23/6/2019).
Heri mencontohkan misalnya Kementerian Pertanian dapat memulai memastikan bahan baku untuk industri (khususnya agro) dapat diakses dengan mudah dan berkelanjutan serta memenuhi standar spesifikasi kebutuhan industri.
“Kementerian ESDM memastikan energi dapat diakses dengan mudah untuk industri, kementerian Ketenagakerjaan, Riset Dikti membantu dalam penyiapan SDM-nya,” kata Heri.
Sedangkan untuk Kementerian Keuangan, lanjut Heri, bisa berupaya dalam memberikan insentif fiskal yang diperlukan.
“Untuk BKPM perlu mengupayakan masuknya investasi di sektor riil (sekunder) khususnya yang export oriented dan tentu kementerian perindustrian perlu meramu berbagai kebijakan industri yang dapat memperkuat struktur dan daya saing industri, dan lain sebagainya,” tutur Heri.
Diketahui, Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia akan kembali melebar pada kuartal kedua tahun ini. Hal itu terutama disebabkan oleh masih melemahnya kinerja ekspor akibat perang dagang, repatriasi dividen, dan pembayaran bunga utang luar negeri (ULN).
Pada kuartal I-2019, CAD tercatat sebesar tujuh miliar dollar AS atau 2,6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal IV-2018 yang mencapai 9,2 miliar dollar AS atau 3,6 persen dari PDB.
Laporan: Muhammad Hafidh