KedaiPena.Com – Pemerintah Indonesia menggelar seminar internasional menyambut pertemuan ke-10 Global Network Magellan Cities” (GNMC) di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Menko Maritim Luhut B. Pandjaitan yang membuka seminar tersebut berharap agar peran strategis Indonesia dalam kancah internasional makin meningkat.
“Saya berharap seminar dan pertemuan yang kita selenggarakan bersama ini dapat meningkatkan peran strategis kita dalam lingkup GNMC,” ujarnya.
Menurut Menko Luhut, manfaat ini akan dapat dicapai apabila ada penguatan kerja sama, saling bertukar konsep, wawasan, pengalaman dan pengetahuan dari masyarakat lintas negara dan benua.
Pertemuan ke-10 tersebut merupakan persiapan perayaan 500 tahun ekspedisi Ferdinand Magellan yang bakal digelar pada tahun 2021.
Di Indonesia, perayaan ini digelar bertepatan dengan penyelenggaraan Sail Tidore.
Tidore, yang berada di Provinsi Maluku Utara masuk dalam jaringan kota-kota yang disinggahi oleh Ferdinand Magellan dan Juan Bastian Elcano dalam ekspedisinya mencari jalur laut dari barat menuju ke pulau rempah di wilayah timur pada abad ke-15.
Lebih jauh, Menko Luhut meminta para peserta pertemuan untuk menikmati keindahan Tidore.
“Selama puluhan tahun ini Indonesia telah banyak berubah, terutama sejak Presiden menargetkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke beberapa destinasi prioritas seperti Danau Toba, Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo,” ujar Menko Luhut.
Namun demikian, dia menuturkan bahwa pemerintah Indonesia saat ini juga sedang mengembangkan Maluku agar semakin banyak wisatawan yang datang.
Tak hanya wisata, Menko Luhut menambahkan bahwa kini pemerintah sedang mengembangkan kawasan industri terintegrasi di Maluku Utara (Weda Bay) yang sedang mengolah nikel, ‘stainless steel’, ‘carbon steel’ hingga baterai ‘lithium’.
“Besok untuk pertama kalinya kami siap mengekspor ‘stainless steel’ dari kawasan tersebut,” jelasnya. Dengan ini, Menko mengaku bahwa pemerintah Indonesia berharap Indonesia akan menjadi lebih maju baik di sektor industri maupun pariwisata.
Dalam kesempatan yang sama, Menlu Retno Marsudi mengingatkan bahwa dibalik nostalgia jalur rempah Bangsa Eropa ke Indonesia, tersimpan kenangan pahit yang dirasakan oleh leluhur Bangsa Indonesia.
“Kita perlu ingat bahwa perdagangan rempah pada saat itu adalah jalan masuk ke era penjajahan sehingga perdagangan yang terjadi di masa itu bukanlah bentuk-bentuk perdagangan yang adil,” kata Menlu.
Oleh karena itu, Menlu Retno tak ingin pengalaman pahit itu kembali terulang. Ada diskriminasi, dalam perdagangan di masa itu bahkan, Indonesia menurutnya masih mengalami hal tersebut hingga kini terutama dalam perdagangan kelapa sawit di Uni Eropa.
“Saya minta ada pesan ‘fair trade’ untuk ‘raw commodity’ dalam komunitas GNMC,” lanjut Menlu Retno.
Terakhir, dia berpesan agar pertemuan ke-10 GNMC dapat menciptakan kemitraan yang setara dan membawa manfaat positif bagi negara-negara anggota.
Hadir dalam seminar internasional yang digelar bersama oleh Kemenko Bidang Kemaritiman, Kementerian Luar Negeri, dan Pemerintah Provinsi Maluku Utara itu antara lain Sekretaris Jenderal GNMC Jose Carvalho Marquez, Wakil Walikota Lisbon Catharina Vaz Pinto, Yang juga sebagai istri Sekjen PBB, Wakil Gubernur Maluku Utara Muhammad Natsir Thaib, Walikota Tidore Ali Ibrahim serta Delegasi kota-kota dari 20 negara di Eropa, Amerika Latin, dan Asia.
Sementara itu, pertemuan ke-10 GNMC atau jaringan kota-kota Magellan di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara akan digelar pada tanggal 16-18 Juli 2019.
Laporan: Andre Pradana