KedaiPena.Com- Tren positif pertumbuhan ekonomi RI di kuartal 1 sebesar 5,11 persen memberikan harapan di tengah memanasnya situasi geopolitik dan masa transisi pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi kepada Prabowo Subianto.
Anggota Komisi XI DPR RI Didi Irawadi Syamsuddin membeberkan sejumlah hal yang bisa mempertahankan tren positif tersebut dan bisa membuat ketahanan ekonomi Indonesia menjadi kuat terkhusus di kepemimpinan Prabowo Subianto.
“Kapital disini hendaknya tidak dilihat bahwa manusia sebagai instrumen ekonomi semata, tetapi juga modal dalam arti kekayaan diri individu-individu warga bangsa yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan mereka yang nantinya bermuara kesejahteran bangsa Indonesia dalam menuju ketahanan ekonomi yang prima serta kuat,” kata Didi saat berbincang di Jakarta, Senin,(27/5/2024).
Didi mengungkapkan, pertama pemerintah bisa menggalakan perdagangan dalam negeri atau antar daerah. Menurut Didi, Indonesia memiliki modal keanekaragaman kekayaaan alam yang tersimpan di 34 provinsi.
“Perdagangan antar daerah di Indonesia ibarat perdagangan antar sekian negara. Ini jika dikelola baik dengan didukung pendataan yang baik oleh BPS atas produk dan potensi produk berbagi daerah sebagai dasar pertukaran/ transaksi, akan bermanfaat optimal dalam meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia serta terjadinya substitusi impor,” papar Didi.
Didi menambahkan, pemerintah harus mendorong peningkatan manufaktur guna membuat ketahanan ekonomi RI semakin kuat. Didi mengingatkan, berkaca data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia baru memiliki 32.209 perusahaan industri besar dan sedang yang masih aktif.
Jumlah ini, lanjut Didi, masih terbilang belum maksimal lantaran tidak terlalu banyak menyerap tenaga kerja Indonesia saat ini.
“Ini perlu ditingkatkan, agar pasar kita tak diserbu banyak produk impor. Dari data Kemenperin, konstribusi manufaktur kita yang belum banyak jumlahya ini sudah mencapai 20% dari PDB kita,” tambah Didi.
Didi turut mengingatkan, pentingnya alih teknologi dan investasi asing. Bagi Didi,
selain mempertimbangkan padat karya, perlu adanya alih teknologi bagi Industri tertentu yang mungkin lebih ke padat modal.
“Ini penting selain menyangkut penciptaan lapangan kerja, kemampuan kita kelak membuat produk sejenis (Jika dulu ada perjanjian/ regulasi tentang alih teknologi mungkin kita sudah punya Mobil Nasional, yang lebih begus dibanding Esemka yang pernah digadang-gadang dan Mobnas yang dibuat Korea, dulu,” tegas Didi.
Didi turut mengusulkan adanya orientasi dan perluasan jangkauan pendidikan guna memberikan ketahanan ekonomi RI yang kuat di masa depan. Pasalnya, kata Didi, mengacu riset kompas, rasio sarjana sosial dan teknologi 30 : 70 % yang berbanding terbalik dengan China dan India.
“Perlu perluasas jangkauan pendidikan yang bermutu dengan pendidikan online hingga pelosok-pelosok daerah, dan didukung e-library serta perpustakaan kovensional. Ini terbuka bagi segala usia, tak harus indoor berupa kelas-kelas dengan jam tertentu, tapi lebih terbuka, namun disetai kesempatan untuk penyetaraan, bagi peserta didik,” ungkap Didi.
Didi berharap,pemerintah yang akan datang juga mampu mewujudkan swasembada pangan. Pasalnya, lanjut Didi, Indonesia saat ini sudah lama tidak swasembada pangan.
“Karena beras sebagai makanan pokok mayoritas rakyat Indonesia, maka selalu menjadi indikatir penting inflasi, yang diikuti pengaturan harga atas dan bawah, lewat impor untuk menjaga stabilitas supplynya. Ini seakan melarang petani menjadi kaya, apalagi hanya 20% petani kita berlahan luas, sisanya berlahan sempit atau hanya petani penggarap,” tegas Didi.
Didi meminta, pemerintah juga mengupayakan diversifikasi pangan. Caranya, ungkap Didi, bisa melalui Kepres dan mewajibkan ASN, siswa dan mahwasisa dalam sebulan untuk membawa bekal makanan bahan lokal dan di luar beras.
“Ini selain dapat mendivesrsifikasi pangan, juga akan memancing kreatifitas bagi lahirnya kembali dan atau baru lahir beragam pangan yang berbahan lokal serta tak tergantung beras. Nantinya ini akan mengarah ke ketahanan pangan, bukan ketahanan beras semata,” ungkap Didi.
Terakhir, Didi merasa, perlu adanya upaya serius setiap kedutaan besar RI untuk mengidentifikasi dan mendata potensi pasar di berbagai negara yang match dengan produk daerah Indonesia. Didi menekankan, dengan cara itu nantinya negara tujuan ekspor dan keragaman produk RI semakin banyak.
“Demikian pula dalam hal negara tujuan ekspor, kalau hanya mengandalkan 2 negara tujuan ekspor utama kita AS dan China yang menyerap 25% ekspor kita, akan lebih aman jika negara tujuan ekspor kita bertambah banyak, apalagi didukung prosuk yang semakin beragam,” ungkap Didi.
Politikus senior Partai Demokrat ini yakin, jika semua fokus tersebut dapat diwujudkan maka Indonesia bisa menjadi negara dengan ketahanan ekonomi yang kuat di dunia.
“Indonesia, dikaruniai kekayaan alam yang mungkin tak ada negara lain yang menandingi segi keaneragamannya juga besarannya dibanding banyak negara, namun harus diakui, keruniai ini belum optimal kita kelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,” pungkas Didi.
Laporan: Muhammad Lutfi