KedaiPena.com – Direktur Riset INDEF, Berly Martawardaya menyatakan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sebagai organisasi yang mirip NATO atau North Atlantic Treaty Organization.
“Jika NATO merupakan organisasi pertahanan, maka OECD merupakan NATO di bidang ekonomi,” kata Berly dalam diskusi Indef tentang Untung Rugi Indonesia Masuk OECD, Selasa (15/8/2023).
Penjelasan Berly mengenai OECD itu merupakan respons atas niat Indonesia untuk bergabung dalam organisasi tersebut, seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo kepada Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann di Istana Negara, Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Berly menjelaskan pembentukan OECD punya sejarah panjang sejak Perang Dunia II. Dia mengatakan OECD mulanya bernama Organization for European Economic Cooperation yang bertugas mengelola Marshall Plan, bantuan keuangan dari Amerika Serikat dan Kanada untuk pemulihan ekonomi Eropa pasca-PD II.
“Dengan bantuan uang dan sistem yang efisien dia bisa menyalurkan uang dengan baik sehingga Eropa cepat bangkit,” urainya.
Dari keberhasilan itu, keberadaan organisasi ini kemudian dilanjutkan untuk pendirian komunitas ekonomi Eropa. Ketika organisasi semakin berkembang, kata dia, maka OECD mulai berekspansi mengajak negara-negara di luar Eropa untuk bekerja sama, termasuk AS dan Kanada yang semula berstatus pendonor, dimasukkan menjadi anggota dan pengawas.
Berly mengatakan belakangan semakin banyak negara yang ikut bergabung, seperti Jepang, Jerman Barat dan Italia.
“Masuknya tiga negara itu unik, karena pada PD II tiga negara itu merupakan negara yang menjadi musuh negara Eropa dan AS,” urainya lagi.
Ia mengungkapkan bahwa OECD secara geopolitik lebih ke barat, koalisi Amerika dan Eropa.
“Secara formal OECD memiliki tiga tujuan utama yaitu mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk para anggotanya, mendorong ekspansi ekonomi, dan mendorong perdagangan dunia,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa