KedaiPena.com – Sebagai bentuk komitmen menuju penyediaan energi bersih, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) meresmikan Green Hydrogen Plant, yang mampu memproduksi 200 ton green hydrogen.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan Green Hydrogen Plant (GHP) yang baru saja diresmikan oleh PLN, merupakan langkah strategis untuk membangun rantai pasok green hydrogen pertama di Indonesia. Inisiatif hijau ini diharapkan mampu mengakselerasi transisi energi dan mencapai NZE tahun 2060.
Menurut Darmawan, dengan 21 GHP ini, pihaknya mampu memproduksi hampir 200 ton green hydrogen per tahun, dari sebelumnya yang hanya 51 ton hidrogen per tahun.
Hasil produksi green hydrogen tersebut, sebanyak 75 ton per tahun digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit (cooling generator), sementara 124 ton lainnya bisa digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, salah satunya untuk kendaraan.
“Maka hari ini tepat sebulan, setelah itu meningkat dari 1 menjadi 21 green hydrogen production ini luar biasa. Kalau dulu kapasitasnya 51 ton dengan yang bisa excess capacity 41-43 ton, kita bisa meningkatkan menjadi 199 ton dengan ada yang bisa excess capacity 124 ton. Artinya tadinya hanya 150 mobil hidrogen bisa meningkat menjadi 424 mobil hidrogen,” kata Darmawan, usai acara peresmian GHP di Tanjung Priok Jakarta, Senin (20/11/2023).
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konservasi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eniya Listiani Dewi menyatakan langkah yang dilakukan PT PLN (Persero) dalam menggenjot ekosistem energi bersih cukup serius.
“Saya begitu surprise karena Oktober lalu kita baru saja membicarakan ekosistem itu. Jadi setelah Juni ada deklarasi Hydrogen Summit, lalu Agustus kita membahas dengan teman-teman ESDM bahwa apa yang kita pikirkan berasal paling murah itu dari Indonesia dari REC, eh Oktober mendadak PLN sudah launching Green Hydrogen-nya,” kata Eniya.
Ia menilai apa yang dilakukan PLN cukup membanggakan. Mengingat ekosistem green hydrogen cukup penting dalam upaya RI mengejar target Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060.
“Hydrogen ini bukan mainan satu orang, multi stakeholder dan multi country. Dan tiap-tiap country-nya berbeda-beda, karena hydrogen paling murah dibuat sendiri dan digunakan sendiri,” ucapnya.
Oleh sebab itu, ia pun mendorong agar infrastruktur untuk pengembangan green hydrogen di Indonesia dipersiapkan. Mengingat, selain dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri, sumber energi bersih ini juga dapat menjadi komoditas ekspor.
“PLN sudah masuk yang termurah dan kita akan akselerasi tadi menjawab tantangan dari Pak Dirut, wah ini harus step by step ini. Kita harus mendukung gercepnya PLN untuk membuktikan ekosistemnya dan kita berfikir untuk bisa menghadirkan transportasi umum,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa