KedaiPena. Com – Pendidikan vokasi di Indonesia selama ini masih kurang diminati oleh para generasi penerus bangsa. Padahal jika mengacu perkembanganya, para pelaku industri saat ini membutuhkan lulusan-lulusan siap kerja.
Atas kegelisahan tersebut sejumlah akademisi membentuk Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia (Apvokasi). Untuk periode pertama, Apvokasi akan dipimpin oleh Prof Marsudi Wahyu Kisworo.
“Selama ini pendidikan vokasi itu sebetulnya penting sekali tapi terabaikan padahal mereka dibutuhkan oleh pemerintah untuk membangun bangsa ini dibutuhkan para tenaga terampil. Peminatnya juga semakin turun terbukti dari banyaknya kampus yang menutup program vokasi lantaran kalah bersaing dengan branding S1,” ujar Marsudi kepada KedaiPena.Com, Kamis, (20/2/2020).
Marsudi mengakui bahwa dunia pendidikan vokasi saat ini dianggap tidak bergensi dan sebelah mata. Hal itu yang membuat para lulusan vokasi di Indonesia kerap terabaikan dan kalah bersaing oleh pencari kerja bergelar sarjana.
“Kondisi diperburuk dengan dunia pendidikan vokasi yang belum mampu untuk mampu menyiapkan orang yang bisa mengikuti dunia kerja sekarang,” tegas Marsudi.
Apvokasi, lanjut Marsudi, diisi oleh tokoh-tokoh yang memajukan pendidikan vokasi Indonesia. Untuk target awal, kata Marsudi, Apvokasi ini akan melakukan pemetaan.
“Kita ingin memetakan karena vokasi tak bisa dilepaskan dari industri karena yang menyerap lulusan vokasi industri. Harus ada link and macht. Lalu juga kita ingin mengetahui di bidang-bidang industri apa saja yang dibutuhkan setelah melakukan pemetaan tersebut,” tegas Marsudi.
Selain itu, lanjut Marsudi, pihaknya juga akan melakukan branding untuk mempromosikan agar banyak generasi penerus bangsa mengambil jalur pendidikan vokasi.
“Branding baru vokasi kalau dulu pemerintah sudah melakukan dengan memberikan gelar kepada para lulusan vokasi seperti ahli madya dan sarjana terapan. Tetapi branding gelar saja tak cukup untuk menarik minat kenapa karena perlakuan dari lulusan sendiri tidak dalam penerimaan PNS tak ada D4, padahal ada S1,” ungkap Marsudi.
Laporan: Muhammad Lutfi