BLUSUKAN atau kunjungan kerja Presiden Jokowi ke berbagai daerah akhir-akhir ini dengan membagi-bagikan sembako, yang merupakan simbol pangan utama wong cilik dan rakyat kelas sandal jepit,  harus dipahami sebagai ungkapan empati seorang kepala negara dan kepala pemerintahan kepada  rakyat yang dipimpinnya.Â
J‎okowi yang berasal dari kalangan orang biasa yang tidak suka formalisme protokoler dan anti feodalisme selain ingin membangun chemistry dengan masyarakat kelihatannya juga ingin terus membangun motivasi melalui gaya komunikasinya yang khas dan simpel.Â
Publik mahfum sejak jadi walikota Solo kebiasaan Jokowi blusukan untuk bertemu dan berdialog dengan masyarakat sudah merupakan hal yang lumrah. Walaupun ada segelintir kalangan yang berkasak-kusuk nyinyir  bahwa seakan-akan hal itu dilakukan Jokowi untuk menutupi kelemahan tim ekonomi kabinetnya, yang dipimpin Menko Ekonomi Darmin Nasution.Â
Padahal kenyataannya tidak demikian.
Dari sejumlah indikasi Jokowi dalam waktu dekat ini tampak akan menyempurnakan kabinetnya, dengan mencopot menteri-menteri yang kinerjanya jeblok dan jauh dari harapan rakyat.Â
Seperti judul lagu Kris Dayanti, kini boleh dibilang reshuffle kabinet hanya tinggal ‘’Menghitung Hari’’. Media massa menyebut masuknya Goris Mere dan Diaz Hendropriyono yang akan menempati jabatan staf khusus presiden merupakan indikasi reshuffle bakal segera dilakukan.Â
Ada yang bilang, Jokowi menjalankan politik akomodasi terlebih dahulu sebelum melakukan reshuffle, dengan mengangkat Goris dan Diaz menjadi staf khusus, berhubung kedua orang ini merupakan tim sukses inti Jokowi saat Pilpres 2014 yang lalu. Namun dalam politik langkah seperti ini adalah hal biasa saja, sah, dan lumrah.Â
Banyak kalangan berpendapat situasi kebatinan masyarakat saat ini sudah menginginkan adanya perombakan kabinet, sudah ingin ada retooling, Â kondisi seperti sekarang sudah memenuhi syarat untuk melakukan reshuffle. Keinginan atau desakan ini terdorong oleh harapan dan kehendak masyarakat sendiri yang menginginkan adanya perbaikan kondisi perekonomian supaya tidak semakin terpuruk.Â
Dari sisi momentum, reshuffle kabinet sudah pas untuk segera dilakukan. Pertama, misalnya, sebentar lagi bangsa ini akan memperingati HUT ke 71 kemerdekaan RI. Dengan momentum ini Jokowi bersama kabinet hasil reshuffle nanti diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja untuk memenuhi harapan rakyat.Â
Yang kedua, sekitar tiga minggu lagi reshuffle kabinet yang pertama yang dilakukan pada medio Agustus tahun 2015 yang lalu akan genap satu tahun. Sudah saatnya Presiden Jokowi untuk kembali melakukan reshuffle jilid kedua, dengan fokus dan inti reshuffle adalah mencopot menteri yang tidak mampu memenuhi harapan masyarakat. Â
Yang ketiga, prioritas Jokowi adalah menyempurnakan kabinet, dengan mengganti menteri-menteri bidang ekonomi supaya segera terjadi pemulihan perekonomian masyarakat secara cepat. Untuk itu sudah banyak tuntutan dari berbagai kalangan supaya Menko Perekonomian Darmin Nasution sebagai pemegang kendali perekonomian nasional segera dicopot.Â
Yang keempat, parameter yang dipakai Jokowi dalam reshuffle nanti hendaknya berpedoman kepada Tri Sakti, Nawa Cita, dan Revolusi Mental, karena nilai-nilai yang terdapat di dalam ketiga idealisme tersebut intinya adalah  keberpihakan yang kuat kepada rakyat.Â
Semoga Tuhan memberkahi, meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar kita. (***)
***
Ditulis Ale Raya/Anak Jalan Raya ‎
Dikutip dari Kompasiana