KedaiPena.com – Kondisi ekonomi Indonesia yang tidak baik-baik saja, diharapkan dapat dibenahi dengan reshuffle kabinet. Karena untuk memperbaiki kondisi Indonesia dan menghadai tantangan yang ada, dibutuhkan sosok yang fokus menyelesaikan visi Presiden Joko Widodo dalam membenahi isu ekonomi.
Pengamat Ekonomi Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyatakan saat ini merupakan momen yang tepat untuk melakukan reshuffle kabinet.
“Catatan kinerja para menteri itu salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan pokok dan stabilitas harga. Sekarang kan masalah minyak goreng belum selesai, hingga Menkomarves diserahkan tanggung jawab untuk koordinasinya. Ini artinya, koordinasi yang ada di bawah Menko Perekonomian, dianggap kinerjanya kurang begitu baik,” kata Bhima saat dihubungi, Rabu (15/6/2022).
Selain itu, lanjut Bhima, periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo juga semakin mendekati masa akhir.
“Sehingga, dibutuhkan persiapan bagi Pak Jokowi untuk menyiapkan legacy terkait masalah ekonomi dan beberapa PR ekonomi yang belum diselesaikan. Dibutuhkan sosok yang mengerti visi dan misi Pak Jokowi. Bukannya, karena mendekati tahun politik, menteri bidang ekonomi malah sibuk kampanye menggunakan fasilitas kementerian,” ucapnya.
Ia juga menyatakan tantangan ekonomi ke depannya juga semakin kompleks, yang bisa tercermin dari angka resesi di Amerika Serikat, kenaikan tingkat suku bunga, inflasi, pemulihan ekonomi paska pandemi dan peningkatan investasi.
“Reshuffle ini seharusnya dilakukan satu paket. Mulai dari Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, Menteri Pertanian dan Menteri Investasi. Apalagi Menteri Investasi tang terlihat lebih banyak berpolitik dibandingkan merealisasikan investasinya, sehingga mendistori citra Jokowi dalam memperbaiki ekonomi,” ucapnya lagi.
Karena reshuffle ini ditujukan untuk memperbaiki kondisi yang ada, Bhima menegaskan pentingnya mencari sosok yang tepat.
“Jangan reshuffle ini diisi dengan orang yang bukan profesional. Kalau tetap orang partai, ya tidak akan menyelesaikan masalah. Karena akan terafiliasi dengan kepentingan politik, yang menyebabkan kerjanya jadi tidak fokus,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa