MASIH hangat di ingatan kita semua bahwa Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia pernah berucap dengan tegas pasca Pilpres 2014 yang lalu. Bahwa menteri yang masuk dalam kursi kabinet tidak boleh rangkap jabatan.
Namun, pada hari ini pemerintah yang dipimpin oleh Jokowi-JK seakan lupa dan termakan oleh ucapannya sendiri. Mereka mengangkat Wiranto yang notabene adalah Ketua Umum Partai Hanura sebagai Menkopolhukam dalam reshuffle kabinet kerja jilid kedua ini.
Memang kita ketahui bersama bahwa reshuffle adalah hak prerogratif presiden itu sendiri. Bukan berarti dengan hak prerogratif itu presiden bisa menutupi pendustaan kepada rakyat Indonesia.
Apalagi di tengah krisis kepercayaan masyarakat terhadap para elit penguasa hari ini seharusnya Jokowi menjawab krisis kepercayaan itu dengan sikap yang tegas memegang teguh ucapan sendiri, bukan memakan ucapan sendiri.
Ini kemudian menambah ketidakpercayaan rakyat terhadap janji atau ucapan dari para elit penguasa negeri ini.
Dalam hal yang sangat sederhana (ucapan) saja, Presiden sudah berdusta kepada seluruh masyarakat Indonesia apalagi hal yang lebih kompleks.
Jangan sampai kau terus korbankan rakyat Indonesia hanya untuk mengamankan keberlangsungan kekuasaan belaka.
Bukan tidak mungkin, dengan diangkatnya Wiranto sebagai Menkopolhukam disaat yang bersamaan Wiranto juga sebagai Ketua Umum Partai Hanura (rangkap jabatan) akan memunculkan dampak negatif.
Mulai dari terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest), penyalahgunaan jabatan (abuse of power) dan nanti pada satu titik bermuara pada hal yang kita tidak diinginkan oleh kita yakni praktek KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) yang menjadi musuh bangsa Indonesia pada era terdahulu.
Tentu hal ini yang harus kita hindari kita kembali kepada fase itu. Semangat perjuangan reformasi adalah semangat membasmi praktek KKN yang sudah mengakar pada pemerintahan.
Ketika semangat reformasi itu terciderai oleh ulah Jokowi yang memakan ucapannya sendiri, jangan salahkan rakyat menentukan jalan dan sikapnya sendiri guna menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia dari jurang kehancuran.
Oleh Andre Lukman, Mantan Ketua BEM UNIKOM, Bandung