Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, mantan wartawan.
Menjelang reshuffle yang akan dilakukan Jokowi pada Rabu Pahing, 15 Juni, pekan depan, kini telah beredar nama sejumlah menteri yang bakal digusur dari kabinet.
Meski reshuffle ini sendiri disebut-sebut hanya untuk menyenangkan hati Ketua Umum PDIP, Megawati Sukarnoputri.
Ibaratnya reshuffle ini hanya sekedar kembang gula belaka atau hiburan sesaat buat Megawati.
Karena Jokowi disebut-sebut akan tetap mempertahankan menteri yang diminta oleh Megawati untuk disingkirkan.
Menteri dimaksud adalah Luhut Binsar Panjaitan (LBP).
Sedangkan menteri yang hampir dipastikan bakal dicopot dari kabinet adalah M Luthfi.
Menteri Perdagangan ini dianggap telah menjadi momok publik, karena ketidakmampuannya mengatasi persoalan minyak goreng.
Menteri lainnya yang bakal digusur berasal dari Partai Nasdem, yaitu Syahrul Yasin Limpo.
Sebagai Menteri Pertanian kinerja Yasin Limpo dianggap minim prestasi. Kebijakannya di sektor pertanian dinilai lebih banyak bersifat seremonial. Tidak ada terobosan yang berarti, misalnya dalam mengatasi persoalan impor pangan.
Menteri lainnya adalah Agus Gumiwang Kartasasmita. Menteri Perindustrian ini kinerjanya banyak dipertanyakan oleh publik. Namanya lebih banyak muncul dalam sejumlah manuver politik Golkar bersama sang ketua umum Airlangga Hartarto yang juga Menko Perekonomian.
Sedangkan Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang digadang-gadang representasi “menteri milenial” kemungkinan pula akan dicopot dari kabinet.
Karena sebagai menteri yang seharusnya terdepan dalam mengimplementasikan amanat konstitusi, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, ternyata Nadiem sangat minim prestasi.
Bagaimana dengan Airlangga Hartarto?
Menko Perekonomian yang juga Ketua Umum Golkar ini kabarnya menjadi target operasi untuk digusur dari kabinet.
Bukan hanya posisinya sebagai Menko Perekonomian yang tidak aman. Kursi Ketua Umum Golkar yang didudukinya kabarnya juga bakal digergaji.
Dengan kata lain, Golkar akan direbut dari tangan Airlangga Hartarto. Penggantinya sudah disiapkan, yaitu seorang tokoh muda yang juga duduk di kabinet. Berasal dari kalangan pengusaha dan pernah menjadi kader Golkar.
Kalau skenario menyingkirkan Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum Golkar berhasil. Maka partai beringin yang telah diambil-alih akan memberikan dukungan kepada pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir yang didukung Istana.
Golkar akan dijadikan kendaraan politik untuk kedua mempelai ini. Karena PDIP (Megawati) tidak mendukung Ganjar Pranowo.
Hal lain yang memperbesar kemungkinan digusurnya Airlangga Hartarto dari posisinya sebagai Menko Perekonomian dan Ketua Umum Golkar adalah manuvernya membentuk poros politik bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PAN dan PPP, dengan agenda tersendiri berkaitan dengan Pilpres 2024.
Airlangga dengan KIB-nya sudah menyatakan tidak akan mendukung pencalonan Ganjar Pranowo sebagai capres. Hal ini menunjukkan karakter Airlangga yang tidak manut kepada keinginan istana.
Di sisi lain sebagai Menko Perekonomian Airlangga Hartarto tidak berprestasi. Termasuk dalam mengatasi persoalan minyak goreng ia terkesan mbalelo terhadap perintah Jokowi.
Airlangga Hartarto lebih banyak dikenal publik karena aksi tebar pesonanya (pencitraan) dalam rangka mempersiapkan diri jadi capres. Padahal kondisi perekonomian nasional semakin berantakan dan perekonomian mayoritas rakyat semakin terpuruk.
Misalnya harga-harga kebutuhan pokok kini rata-rata naik 72 persen.
Airlangga tidak memiliki fokus terhadap penanganan krisis ekonomi yang sedang melanda negeri ini dan terhadap terjadinya badai krisis internasional.
Jadi, reshuffle kabinet ini memiliki dua tujuan. Yaitu menyikat Airlangga Hartarto dari kabinet dan menggergajinya dari kursi Ketua Umum Golkar demi sukses pasangan Ganjar Pranowo dan Erick Thohir di Pilpres 2024 dalam melawan pasangan capres-cawapres dari PDIP.
Esensinya motif reshuffle ini jauh dari tujuan untuk memperbaiki kondisi perekonomian nasional.
Lalu apa kembang gula yang akan diberikan kepada Megawati melalui reshuffle ini?
PDIP kabarnya akan mendapat jatah Menteri Dalam Negeri. Tjahjo Kumolo akan menggantikan Tito Karnavian.
Tjahjo Kumolo kader PDIP yang kini Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, akan dijadikan Menteri Dalam Negeri.
Antara lain tujuannya agar PDIP dapat mengontrol Sistem Penunjukan Penjabat Kepala Daerah yang akan berlangsung tahun ini hingga 2023. Supaya dapat mendukung kemenangan PDIP di Pemilu 2024
Selain LBP yang akan tetap dipertahankan di kabinet, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga diawetkan.
Sri Mulyani tidak akan dicopot meski kinerjanya dalam sektor ekonomi makro dan penanganan masalah utang sangat jeblok.
Sri Mulyani adalah tipikal menteri manut, alias Oke Bos belaka. Tidak berani menolak kebijakan ekonomi yang dapat membahayakan negara.
Kalau dibandingkan dengan menteri-menteri keuangan era Soeharto dan pasca Soeharto, seperti era Habibie dan era Gus Dur, menteri keuangan pada masa itu umumnya berani untuk bilang tidak atau berani menyarankan agar menunda proyek-proyek yang tidak feasibel.
Sri Mulyani yang hanya punya jurus ngutang dan menaikkan harga-harga akan tetap dipertahankan. Semua proyek disetujuinya, sehingga terpaksa ngutang jor-joran. Akhirnya rakyat yang harus membayar melalui kenaikan pajak dan tarif.
Istilahnya, Sri Mulyani pinter tapi keblinger, karena merugikan rakyat dan negara, akibat bunga utang yang tinggi.
Di jurusan lain terbetik pula kabar, Erick Thohir juga akan terkena reshuffle, karena BUMN-BUMN besar merugi dan dianggap terlalu banyak main politik.
Namun kabar ini ditepis oleh sejumlah kalangan, yang meragukan keberanian Jokowi mencopot Erick Thohir dari kabinet.
Marilah kita tunggu saja drama reshuffle seperti apa yang akan ditayangkan pada hari Rabu Pahing, 15 Juni, pekan depan.
Rakyat telah bersiap menyaksikan.
Tabir tersibak. Lakon dimulai.
Action !
[***]