KedaiPena.Com – Dunia global tengah mengalami disrupsi. Demikian pula dengan Indonesia. Namun sayangnya, Indonesia, “bagian” dari yang terkena dampaknya.
Adalah perkembangan teknologi yang begitu pesat yang mendorongnya. Kehadiran teknologi bukan hanya “mempemudah” kerja manusia. Namun juga turut “menggantikan” peran kerja manusia.
“Proses “SHIFTED” yang sebenarnya terjadi di dunia kerja tersebut,” tegas Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan Poempida Hidayatullah menyoal pergantian fungsi maupun peran kerja manusia oleh (hasil) teknologi.
Pekerjaan (manusia) sebelumnya, diambil-alih mesin ataupun robot. Dan pekerjanya, beralih ke yang mengoperasikan ataupun mengendalikan mesin maupun robotnya. Tapi, ada yang perlu diwaspadai, yaitu di soal akumulasi penggunaannya (teknologi) itu.
Laju “pergeseran peran kerjanya” perlu diimbangi oleh dorongan (negara) memunculkan bidang-bidang kerja baru, serta yang terpenting, desakan perlunya reposisi kebijakan teknologi guna mengimbangi disrupsi.
Penegasan pentingnya “reposisi kebijakan teknologi ini disampaikan Poempida dalam acara diskusi publik bertajuk Tantangan Kebangsaan Dalam Menghadapi Era Industri 4.0 yang diselenggarakan di Kamis (25/7/2019) di Hotel Redtop, Pecenongan, Jakarta Pusat.
Acara diskusi yang juga dihadiri oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Deputi IV KSP Eko Sulistyo sebagai narasumbernya ini, Poempida diminta untuk menyampaikan gagasannya soal “Pengembangan SDM berkarakter Nusantara”.
Lebih jauh Poempida menjelaskan, Indonesia tidak akan pernah kehilangan sumberdaya manusia dalam menguasai dan menemukan berbagai teknologi. Apalagi ke depan, Indonesia juga memiliki bonus demografi guna menjadi modal bagi penciptaan SDM yang berkualitas.
Dalam konteks reposisi kebijakan teknologi, Pemerintah perlu memiliki “daya paksa” bagi penguasaan teknologi. Perlu dimasukkan “klausul” yang menjamin adanya penguasaan teknologi bagi setiap investasi asing.
“Selain itu, orientasi pengembangan teknologi pun perlu memiliki haluan. Prioritas pengembangan terhadap “teknologi unggulan” lebih diutamakan agar kita bisa segera menjadi “disruptor” (minimal) bagi kawasan. Pusat pengembangan SDM berkualitas pun bisa diarahkan kesana,” tutup Poempida menjelaskan kiatnya.
Laporan: Muhammad Hafidh