KedaiPena.com – Menanggapi rencana pembangunan infrastruktur regasifikasi Liquified Natural Gas (LNG) atau gas alam cair kepada PT Pertamina (Persero) dan anak usaha, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan pengadaan regasifikasi LNG memang bisa menambah pasokan gas bumi di tengah mulai berkurangannya pasokan gas pipa. Tapi tak otomatis membuat harga gas bumi menjadi murah.
“Yang namanya LNG itu pasti lebih mahal karena ada tiga kali cost yang akan ditambahkan, ada additional cost paling tidak ada tiga elemen. Jadi dengan menugaskan Pertamina bangun infrastruktur apalagi LNG terus berekspektasi harga gas murah, itu logikanya terbalik,” kata Komaidi, Rabu (10/7/2024).
Pertama, biaya transportasi, termasuk saat LNG dikirim dari Singapura lalu dibawa ke Jakarta. Kedua, biaya pengolahan dari gas ke cair. Ketiga, ketika sampai di Jakarta gas yang sudah dicairkan harus diubah lagi ke gas agar bisa dipakai (regasifikasi).
Hal lain yang harus diperhatikan pemerintah adalah harga gas di pasar global. Karena berkiblat pada harga internasional, rentan fluktuatif. Dengan panjangnya proses regasifikasi hingga ke plant gate ditaksir bisa lebih dari 12 Dollar Amerika per MMBTU, jauh dari harga yang dipatok pemerintah 6 Dollar Amerika per MMBTU.
“Ini yang harus disadari oleh pemerintah bukan menugaskan itu supaya HGBT (Harga Gas Bumi Tertentu) bisa jalan terus, bukan. Ini lebih ke ketersediaan pasokan, jangan sampai salah ekspektasi, ketika Pertamina sudah ditugaskan, lalu harganya bisa murah. Ini dua hal yang berbeda,” ujarnya.
Komaidi menilai tujuan Jokowi melanjutkan HGBT untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri merupakan hal positif.
“Tapi harga gas murah hanya salah satu dari 15 variabel terdongkraknya daya saing,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa