KedaiPena.Com – Rektor Perbanas Institute Hermanto Siregar menilai bahwa program B20 merupakan program strategis. Alasannya program tersebut akan mengurangi tingginya impor bahan bakar minyak (BBM) saat ini.
Hermanto begitu ia disapa mengingatkan bahwa ‘current account deficit’ Indonesia saat ini antara lain disebabkan oleh tingginya impor BBM.
“Kalau program B20 dapat diimplementasikan dengan efektif, kita bisa mengurangi besarnya impor BBM tersebut. Sehingga neraca perdagangan kita bisa lebih baik dan devisa bisa lebih kita hemat,” kata Hermanto kepada KedaiPena.Com, ditulis Kamis (29/11/2018)
Meski demikian, Hermanto mengungkapkan, sejumlah permasalahan pada pengembangan program B 20 ini sendiri. Salah satunya adalah biaya pokok produksi biaya yang masih relatif tinggi.
“Biaya pokok produksi biodiesel kita masih relatif tinggi. Tanpa subsidi, harga biodiesel lebih tinggi dari harga diesel, sehingga biodiesel tersebut tidak akan laku dijual. Dalam kondisi seperti ini, maka industri biodiesel layak untuk diberi subsidi supaya menjadikannya lebih kompetitif,” papar Hermanto.
Hermanto melanjutkan bahwa sumber subsidinya tidak perlu dari anggaran pemerintah dalam jumlah yang lebih besar, tapi cukup mengalihkan dari subsidi yang eksisting.
“Manakala harga pasar diesel sudah lebih tinggi, sejalan dengan bertambah langkanya BBM fosil sehingga harganya lebih mahal daripada harga pasar biodiesel, maka subsidi tersebut dapat dicabut. Jadi, tidak menambah beban anggaran pemerintah,” tutur Hermanto.
Dengan kondisi tersebut, lanjut Hermanto, permintaan terhadap biodiesel akan semakin tinggi, sehingga menambah permintaan terhadap CPO yang merupakan bahan bakunya.
“Akhirnya hal ini akan meningkatkan dan lebih menstabilkan harga CPO maupun kesejahteraan petani kelapa sawit,” tandas Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) ini.
Laporan: Muhammad Hafidh