KedaiPena.Com- Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, Prof. Dr. Didik J Rachbini menilai perlunya sekelompok masyarakat sipil kritis dalam menyikapi dan menolak terjadinya kemunduran demokrasi di Indonesia hari ini. Menurutnya, kemunduran demokrasi tidak akan terjadi jika masyarakat di sebuah negara itu tidak menghendakinya.
“Kemunduran demokrasi boleh terjadi di mana saja, tetapi jika masyarakat di suatu negara tidak menghendaki itu terjadi, maka kemunduran demokrasi bisa dicegah,” kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin,(27/5/2024).
Didik menuturkan, ketika masyarakat sipil cukup kritis menyuarakan penolakan terhadap kemunduran demokrasi yang semakin akut, maka pemimpin negara akan canggung menjalankan praktik-praktik anti demokrasi. Terkecuali, lanjut Didik, pemimpin tersebut telah mengelami lupa ingatan.
“Mulai saat ini, para intelektual harus sudah mulai melakukan langkah-langkah kritis. Tujuannya tetap menegakkan rule of law dan check and balance,” imbuh Didik.
Didik mengajak, para elit untuk membiasakan diri mengadu gagasan. Didik menyarankan, agar para elit tidak melanjutkan praktik-praktik otoritarian dan kesewenang-wenangan terhadap APBN.
“Praktik-praktik tidak terpuji itu bisa dicegah apabila check and balances berjalan dengan baik di parlemen,” ungkap dia.
Didik mengakui, di tengah
kemunduran demokrasi signifikan di Indonesia paska Pilpres 2024, belum ada tanda-tanda cerah bahwa demokrasi akan segera bangkit kembali.
Didik menerangkan, hal tersebut rupanya tidak hanya terjadi di Indonesia. Apa yang terjadi di Rusia, USA masa Trump, India, Myanmar dan kembalinya dinasti Marcos di Filipina telah menunjukkan itu.
“Menunjukkan tanda-tanda bahwa demokrasi di berbagai kawasan dunia memang mengalami kemunduran,” pungkas dia.
Laporan: Muhammad Lutfi