KedaiPena.Com – Brand yang satu ini memang telah memiliki nama di negara tetangga dengan banyak pelanggan berasal dari sana.
Bermula dari usaha kecil di media sosial, Kami Idea kini berkembang di luar negeri. Pasar mereka bahkan sampai ke negara Singapura, Malaysia, dan memperluas pasar di negara Brunei Darussalam. Untuk itu brand satu akan menunjukkan eksistensinya pada Jakarta Fashion Week (JFW) 2018 akan segera digelar pada 21 – 27 Oktober 2017.
Ajang terbesar se-Asia Tenggara ini akan menampilkan perancang dalam dan luar negeri. Para perancang yang tampil beberapa memperoleh gemblengan pada program Indonesia Fashion Forward (IFF). Selama setahun, para desainer yang tergabung dalam IFF ini diarahkan langsung oleh para mentor internasional untuk mengembangkan bakat mereka.
Salah satu brand yang beruntung adalah Kami Idea. Local brand yang digawangi 3 sahabat, Nadya Karina, Istafiana Candarini, dan Afina Candarini, itu berhasil mencuri hati ara juri IFF dan mendapatkan mentor seorang desainer asal London, Inggris. Mengawali usaha mereka pada tahun 2009, kini tampil berusaha lebih kekinian dan menegaskan dengan mengganti label. Kami Idea bertransformasi menjadi KAMI.
KAMI memiliki sejumlah makna. Di antaranya makna mencerminkan mereka bertiga, dan KAMI dalam bahasa Jepang juga berarti Tuhan. Mereka ingin setiap karya yang diproduksi menjadi ide yang selalu diberkati Tuhan.
“Memasuki tahun 2017 ini, Kami Idea terpilih menjadi salah satu desainer Indonesia Fashion Forward (IFF) generasi ke-6. Dengan pembinaan dari Jakarta Fashion Week (JFW), kami melakukan rebranding logo dan pelafalan nama. Agar menjadi lebih mudah dihapal dan lebih tegas serta sederhana,†kata Creative Director KAMI, Nadya Karina, dalam konferensi pers di Senayan City.
Sementara, Istafiana Candrarini mengaku sempat menolak untuk melakukan rebranding. Sebab, saat ini label mereka sedang berada di comfort zone. “Proses penggantian logo ini sudah dari lama, tapi gongnya itu pas keterima di IFF. Karena inginnya orientasinya kami bisa go internasional, bukan cuma Indonesia. Tidak sembarangan, itu juga arahan dari mentor asal London,” timpal perempuan yang biasa disapa Irin ini.
Ketiganya percaya dengan penghilangan kata ‘Idea’ menjadi lebih memudahkan pelafalan untuk para pelanggannya. Apalagi diimbangi dengan logo yang kini dibuat lebih simpel, namun tegas untuk menciptakan personality yang baru.
“Dengan banyaknya offline store dan permintaan online, kapasitas produksi KAMI terus bertambah, namun kualitas bahan, print dan jahitan tetap menjadi hal yang dipertimbangkan,†ujar Nadya.
Nadya menjelaskan ada perbedaan motif dan selera pasar Indonesia dan Malaysia. Misalnya, saat ini ketika minat fesyen muslim masyarakat tanah air sedang mencari yang sederhana atau simple, Malaysia justru sedang tren pada warna-warna terang.
Laporan               : Renjana