KedaiPena.Com – Anggota Komisi VI DPR RI Edhi Baskoro Yudhoyono berharap agar pengalokasian Penyertaan Modal Negara (PNM) dapat memperkuat cash flow, ekspansi hingga menutup utang para Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Kita tidak alergi terhadap PMN, tetapi kita ingin ada kepastian dan tolong dipastikan perusahaan-perusahaan atau bisnis yang bergerak di BUMN ini sehat dan memiliki langkah ke depannya,” ujar Ibas sapaanya di dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI dengan Kementerian BUMN, Senin, (2/12/2019).
Putra kedua dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini juga meminta agar PMN dapat berguna untuk
penguatan ekonomi RI yang saat ini sedang mengalami penurunan.
Dimana salah satu imbas dari masalah tersebut, kata Ibas, adalah sulitnya penerimaan negara yang tak kunjung berdampak signifikan.
“Kita ingin ke depan seperti pengalaman Pak Menteri Erik mengelola perusahaan di swasta. Kita ingin juga ada ruang lingkup bisnis yang sehat ke depannya yang memiliki kreasi inovasi dan tentunya memperbanyak aset,” papar Ibas.
Ibas menegaskan agar pemberian PMN kepada sejumlah perusahaan plat merah
juga tidak hanya sekedar pindah dari kantong kiri ke kantong kanan.
“Harus dapat memperbesar basis pengelolaannya, mana yang dipikirkan tidak perlu. Karena data yang kita dapatkan dari 38 perusahaan yang mendapatkan suntikan PMN sudah mendapatkan keuntungan atau laba tetapi masih ada perusahaan, sebanyak 8, sekarang sudah berkurang menjadi 3 perusahaan, yang masih merugi,” tandas Ibas.
Untuk diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih merugi. Padahal, ketujuh perusahaan pelat merah itu menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) selama periode 2016-2018.
Ketujuh BUMN tersebut meliputi PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL Indonesia (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI, dan PT Pertani. Kemudian, kerugian juga masih diderita oleh Perum Bulog dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Dari tujuh perusahaan pelat merah itu, Krakatau Steel merupakan satu-satunya BUMN merugi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebagai catatan, produsen baja itu membukukan kerugian sebesar US$211,91 juta atau setara dengan Rp2,97 triliun (dengan asumsi kurs Rp14.000) pada kuartal III 2019.
Kerugian perseroan tersebut membengkak 467 persen dari periode sama tahun lalu.
Laporan: Muhammad Hafidh