KedaiPena.Com – Sejumlah bakal Calon Wali Kota dan Tokoh di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menolak adanya politik kemasan dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di kota yang dipimpin oleh Airin Rachmy Diany tahun 2020 ini.
Asisten Daerah (Asda) I Kota Tangsel Rahmat Salam mengatakan bahwa politik kemasan akan berujung kepada mencari keuntungan sendiri, partai dan golongannya, tanpa mengedepankan kepentingan masyarakat.
“Politik kemasan itu pasti mencari untung sendiri. Mencari keuntungan partainya, golongannya. Jadi politik kemasan tidak boleh terjadi di Kota Tangsel,” kata Rahmat, ditulis, Minggu, (15/3/2020).
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PITS) Ruhamaben menyatakan bahwa politik kemasan adalah calon wali kota yang hanya memiliki sesuatu yang bagus dari luarnya saja.
Ruhama menjelaskan bahwa politik kemasan itu hanya membuat citra yang bagus tapi di dalam bobrok.
“Saya sih melihat, jangan sampai kita terjebak dengan kemasannya. Inikan pencitraan jadi jangan cuma kemasannya boleh bagus atau bisa jadi biasa saja, tapi ternyata dalemnya, gagasannya, bisa dibilang tidak punya kemampuan,” ujar Ruhama.
Hal serupa dikatakan Aktivis Anti Korupsi Suhendar yang menyatakan politik kemasan yakni calon yang justru memiliki power dan dukungan yang kuat, tanpa disertai gagasan-gagasan yang bagus untuk masyarakat.
“Ya contohnya lah sekarang ada yang bilang dapat dukungan dari kanan dan kiri, sudah merasa kuat karena diusung oleh partai A atau partai B, tetapi sebenarnya orang itu tidak punya gagasan sama sekali. Jadi pakai kemasan dukungan partai, padahal tidak punya ide,” kata Suhendar.
Berbeda dengan yang dikatakan Lurah Cipayung Tomi Patria. Tomi mengatakan politik kemasan baik untuk dilakukan, pasalnya bagaimana bisa mengemas seseorang calon agar memiliki gagasan yang berguna bagi masyarakat.
Tomi menganalogikannya politik kemasan sebagai sebuah singkong. Awalnya banyak tanah namun jika dibersihkan, dikemas dengan baik, singkong itu justru memiliki nilai jual yang tinggi.
“Kalau ngemasnya tidak baik, ya cuma habis di atas piring saja. Tapi kalau dikemas dengan baik, singkong itu bisa ada di minimarket, toko-toko modern. Nah, sekarang bagaimana cara mengemas agar sosok itu bisa berguna dan memiliki nilai jual yang tinggi,” tandas Tomi.
Laporan: Sulistyawan