KedaiPena.Com – Irak dikenal sebagai negeri seribu satu malam. Pada masa kekhalifahan Abbasiyah, ibukota negara Irak, Baghdad, adalah jantung peradaban dunia. Banyak orang datang berkunjung untuk mencari ilmu di sana.
Irak pada masanya, adalah tempat dilahirkannya ratusan ilmuwan besar dunia dari berbagai cabang ilmu seperti matematika, hukum dan filsafat. Saat ini, Irak adalah negara berbentuk republik yang terbagi dalam delapan provinsi.
Rakyat Irak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa ibu, sementara bahasa Inggris adalah bahasa asing yang paling sering digunakan.
Sebuah pendapat mengatakan bahwa nana Irak berasal dari bahasa Aram, yang artinya “tanah sepanjang tepian sungai.
Pendapat ini senada dengan sejarah Irak yang dikenal dengan nama Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani berarti di antara sungai-sungai.
Sebutan tersebut nampaknya sesuai, mengingat Irak terletak di antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat.
Luas wilayah Irak lebih kurang 494.913 km, membentang tepat di jantung Asia Barat Daya atau Timur Tengah.
Di sebelah barat, Irak berbatasan dengan Yordania, sedangkan di barat laut dengan Suriah.
Di bagian selatan berbatasan dengan Arab Saudi di sebelah utara dengan Turki, dengan Iran di bagian timur dan di sisi tenggara berbatasan dengan Kuwait serta Teluk Persia.
Kesuburan tanah Irak sudah tersohor. Terbukti, pada tahun 2005 Irak memasok sekitar 43% dari total kebutuhan kurma di dunia (Sumber UN Food & Agriculture Organisation (FAO).
Penyebaran Islam di Irak
Islam mulai masuk ke Irak pada awal abad ketujuh, di bawah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Pada saat pemerintahan Bani Umayyah, keturunan Abbas bin Abdul Muthalib (paman Rasulullah ) beranggapan bahwa mereka lebih layak menjadi khalifah.
Hal ini dikarenakan mereka adalah keturunan langsung Rasulullah. Sementara Bani Umayyah sendiri, meski berasal dari kaum Qurais tapi berbeda garis keturunan dengan nabi.
Kampanye mulai dilakukan oleh cicit Sayyidina Abbas yang bernama Muhammad bin Ali. Hingga pada tahun 750M, Abu Al-Abbas As-Saffah berhasil dilantik sebagai khalifah dari Bani Abbasiyah.
Pemerintahan Bani Abbasiyah ini berpusat di Baghdad, Ibukota Irak saat ini. Di bawah kepemimpinannya, Islam semakin berkembang pesat. Dunia Islam bahkan menjadi pusat pengetahuan. Banyak karya-karya ilmuwan Yunani, Persia dan Hindustan dikembangkan dan diterjemahkan.
Saat ini, agama Islam adalah agama resmi pemerintah Republik Irak. Pemerintah mengklaim bahwa 95% dari total populasi adalah muslim yang terbagi dalam dua aliran, yaitu Suni dan Syiah Mesid berbeda paham, keduanya hidup rukkan berdampingan.
Ramadan Meriah di Irak
Di Irak, Ramadan disambut dengan gegap gempita sebelum terjadi invasi Amerika Serikat, suasana damai mewarnai datangnya bulan suci nan mulia ini.
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, menjelang datangnya Ramadan, rakyat Irak mendatangi pasar tertua di Baghdad, yaitu pasar Shorja. Selain untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan, rakyat Irak juga menganggap aktivitas ini sebagai bagian dari tradisi menyambut Ramadan.
Di pagi buta, terdengar beberapa orang pemuda menabuh damam, sejenis alat musik semacam gendang sembari menyerukan “Suhoor… suhoor (dibaca soo-her). Mereka berkeliling membangunkan para tetangga agar menunaikan makan sahur.
Anak-anak kecil tak mau kalah, melakukan permainan majinah. Mereka berkeliling dari rumah ke rumah dengan membawa lampion di tangan, mengetuk pintu para tetangga Sambil menyanyikan sebuah lagu dengan terjemahan lirik sebagai berikut:
“Buka tas dan berilah kamı. Anda memberi kami atau kami yang memberi Anda. Ke Makkah kami akan membawa Anda!”
Jika beruntung, anak-anak akan mendapatkan hadiah permen Sebaliknya, jika tidak memiliki apa-apa, tuan rumah akan memercikkan air ke wajah mereka.
Sore menjelang berbuka, suasana jalanan menjadi senyap. Semua orang berkumpul di rumah, menunggu dibunyikannya suara meriam tradisional atau azan magrib sebagai tanda datangnya masa berbuka.
Pada saat yang bersamaan, harum semerbak yang berasal dari kebab panggang telah memenuhi kota.
Di Indonesia, pada umumnya masyarakat akan menyiapkan hidangan istimewa saat Ramadan tiba.
Berjenis makanan akan tersaji di meja makan Pun demikian dengan masyarakat Irak Mayoritas mereka membatalkan puasanya dengan menyantap kurma dan yogurt.
Ada juga yang menyiapkan roti dan buah- buahan. Selanjutnya, kaum lelaki berbondong-bondong menuju masjid terdekat untuk menunaikan shalat magrib berjama’ah.
Selepas shalat, mereka akan kembali ke rumah masing-masing guna menyantap menu makan malam yang sudah disiapkan oleh para ibu.
Hidangan pembuka berupa mezze, seperti kebab yaitu potongan daging berbentuk kubus yang ditusuk menyerupai sate di Indonesia, lantas dimasak dengan cara di-marinasi (direndam dalam bumbu atau saos selama beberapa jam) terlebih dahulu.
Hidangan kedua yang dinikmati adalah lentil soup, sup kacang kedelai sup jenis ini paling lumrah disajikan pada saat Ramadan. Sup dihidangkan dalam mangkuk-mangkuk. Lantas seluruh anggota keluarga akan meminum langsung dari mangkuknya tanpa menggunakan sendok.
Untuk menu utama, disajikan nasi lengkap dengan daging kambing. Tersedia juga selada dan khubaz, sejenis roti canai (roti datar berbahan dasar tepung gandum) yang disajikan dengan mentega dan jeli buah di atasnya.
Sajian umum lainnya adalah quzi (daging kambing panggang), kibbe (daging cincang kacang, kismis dan bumbu-bumbu khusus), dan kibbe batata (kaserol kentang dan daging sapi).
Pada saat Ramadan datang, penduduk Irak akan menjadi lebih dermawan dan ramah, melebihi bulan-bulan lainnya. Mereka saling berbagi makanan dengan kerabat, tetangga dan kawan. “Tak boleh ada yang kelaparan di bulan penuh rahmah,” begitu semboyan mereka.
Saling berbagi undangan berbuka menjadi kebiasaan baik yang terus mereka pertahankan. Pihak tuan rumah sangat mengistimewakan para tamunya.
Mereka mempersilahkan para undangan untuk mengambil hidangan terlebih dahulu, sebelum sang tuan rumah.
Jika ada jenis makanan tertentu yang tidak disentuh oleh para tamu, tuan rumah akan merasa sangat sedih dan kecewa.
Sebaliknya, jika seluruh makanan habis tak bersisa, maka mereka akan merasa bangga dan bahagia.
Setelah usai menyantap hidangan makan malam, para lelaki kembali menuju masjid untuk menunaikan shalat tarawih. Pada umumnya, seluruh masjid akan mengkhatamkan Al-Qur’an selama tarawih sepanjang Ramadan mulia.
Ramadan meriah di Irak ditutup dengan permainan mehebbe. Permainan ini melibatkan dua tim yang bertanding, berjumlah sekitar tiga puluh orang dan berasal dari dua lingkungan berbeda.
Jika di Indonesia, mungkin seperti pertandingan antar RT, Mehebbe yang dilakukan menjelang tengah malam ini adalah sebuah permainan tradisional yang melegenda.
Kapten tim diharuskan menebak, siapa orang di tim lawan yang menggunakan gelang kecil dan di tangan sebelah mana.
Eid Yang Semarak
Perayaan Idul Fitri berlangsung selama tiga hari. Hari-hari menjelang berakhirnya Ramadan menjadi hari tersibuk seluruh anggota keluarga. Semua mulai mempersiapkan diri menyambut hari kemenangan
Sama seperti di negara yang lain, muslim di Irak juga mempunyai tradisi untuk membeli pakaian dan sepatu baru untuk menyambut Idul Fitri. Terutama anak-anak, akan sangat antusias ketika diajak ke pasar.
Sementara, perempuan Irak juga sangat sibuk di dapur. Hidangan yang wajib ada di hari lebaran adalah kulaija. Kulaija adalah penganan yang terbuat dari tepung, diisi kurma atau kacang-kacangan. Sangat lezat disantap bersama jus atau teh.
Selepas shalat Eid di pagi hari, muslim di Irak langsung pulang ke rumah untuk menikmati hidangan istimewa.
Hari lebaran adalah hari yang menyenangkan, terutama bagi anak-anak. Mereka akan mendapatkan banyak hadiah dan permen dari orang tua masing-masing.
Selain itu, para kerabat akan memberikan uang yang disebut eidiya kepada mereka. Terbayang, bukan? Betapa hari itu adalah hari yang sangat dinanti anak-anak di Irak sepanjang tahun.
Selepas makan di rumah, setiap keluarga biasanya akan berkumpul di rumah orang tua suami. Seluruh keluarga besar dari pihak suami berkumpul di sana.
Apalagi jika orang tua tersebut adalah anak pertama dalam keluarganya. Maka sore harinya, seluruh saudara ayah atau ibu akan datang bersilaturahim.
Tradisi ini tak jauh berbeda dengan tradisi lebaran di Indonesia, bukan? Keesokan harinya, giliran berkumpul bersama keluarga besar dari pihak istri. Hari kedua ini pun sama sibuknya.
Di hari ketiga, barulah masing-masing keluarga akan mengunjungi teman dan tetangga. Beberapa juga akan menerima tamu di rumahnya.
Dalam satu hari itu, tamu kadang mencapai puluhan keluarga. Hmm… benar-benar hari yang melelahkan, namun sangat berkesan. Kenangan bersilaturahmi akan terbawa sepanjang tahun. Nah, ingin juga menikmati suasana Idul Fitri di Irak?
Laporan: Sabilillah