KedaiPena.Com – Iran merupakan negara yang indah dan kaya dengan budaya. Ibukota negara Iran adalah Teheran. Menara Azadi menjadi simbol negara Iran dan kota Teheran. Menara ini letaknya dekat dengan bandara internasional Mehrabad.
Iran sering dikenal juga dengan sebutan Persia. Pada tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognat (sebuah kata yang berasal dari akar kata yang sama dengan kata lain) dari kata “Arya” yang berarti “Tanah Bangsa Arya”.
Negara ini merupakan salah satu negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Wilayah Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut, Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afghanistan (936 km) di timur, Turki (500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.
Iran mempunyai sejarah yang panjang dalam berbagai hal. Termasuk di bidang kesenian, musik, puisi, filsafat dan ideologi Kesusastreraan Iran sangat populer.
Sastrawan Iran yang terkenal ialah Rumi dan Saadi. Mereka merupakan ahli Sufi dan banyak melahirkan puisi-puisi Sufi. Kebudayaan Iran memengaruhi kebudayaan-kebudayaan lain di Timur Tengah dan Asia Barat.
Perkembangan Islam di Iran
Sebelum masuknya Islam ke Iran, di zaman kekuasaan Sassanian, sistem kemasyarakatan dibentuk atas dasar sistem kasta tertutup. Ini merupakan warisan dari zaman dinasti Hakhamanesh dan Ashkan. Saat itu, agama yang banyak dianut adalah agama Majusi.
Ketidakpuasan masyarakat Iran terhadap penguasa Sassanian dan agama yang dianutnya, menyebabkan masyarakat Iran memeluk Islam.
Selama perang antar pasukan Sassanian melawan pasukan muslim, bangsa Iran tidak membela pasukan Persia. Mereka marah dengan kesenjangan yang terjadi. Kemiskinan yang merata dirasakan oleh rakyat, sedangkan penguasa hidup dalam kemewahan.
Perjuangan panjang menghasilkan kemenangan bagi pejuang Islam di Iran. Sejak kekalahan Sassania oleh pasukan Islam, Persia selanjutnya diperintah oleh Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah.
Setelah memeluk Islam, orang-orang Persia mulai membentuk karakter Islam Persia, di mana mereka melestarikan karakter sebagai orang Persia, sekaligus karakter sebagai muslim.
Pada abad ke 8 M, mereka membantu Bani Abbasiyah yang sedang melawan tentara Bani Umayyah. Hal ini mereka lakukan karena Bani Umayyah hanya peduli terhadap bangsa Arab dan memandang rendah bangsa Persia.
Banyak kemajuan yang dicapai mereka ketika berada di bawah pemerintahan Abbasiyah.
Selanjutnya, pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi, orang-orang Persia menentang gagasan ‘Arab Identik dengan Islam dan Muslim’.
Salah satu dampaknya ialah penggunaan bahasa Persia sebagai bahasa resmi Iran sampai saat ini.
Masa itu juga merupakan zaman kegemilangan Islam. Banyak ilmuwan Persia berjaya menghasilkan karya-karya yang hebat.
Persia menjadi tumpuan penyebaran ilmu sains, filsafat dan teknik. Ini kemudian memengaruhi perkembangan sains di Eropa dan memicu lahirnya era Renaissance.
Revolusi Iran terjadi pada tahun 1979. Di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini didirikanlah republik Islam teokratis sehingga nama lengkap Iran saat ini adalah Republik Islam Iran.
Walaupun terdapat banyak suku dan agama, namun saat ini mayoritas, penduduk Iran beragama Islam, dengan rincian 90% Syiah, 8% Sunnah wal Jamaah dan 2% penganut agama lain.
Tradisi Unik di Bulan Ramadan
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, kaum muslimin Iran, sangat dekat dengan para ulama atau mufti. Sehingga informasi tentang awal Ramadan atau mulainya hari berpuasa, langsung mereka terima dari para mufti.
Di bulan Ramadan, ada beberapa keistimewaan yang sangat istimewa dan menjadi ciri khas negara Iran.
Keunikan yang pertama, jika Anda berada di Iran saat bulan Ramadan, jangan heran jika tidak ada tarawih di masjid-masjid. Menurut masyarakat Iran, tarawih berjamaah belum ada pada zaman Nabi. Namun baru dilaksanakan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Berdasarkan alasan tersebut, umat Islam Iran tidak melaksanakan tarawih berjamaah di masjid, melainkan melaksanakan shalat tarawih sunnah di rumah masing-masing.
Tapi, hal ini tidak menyebabkan masjid-masjid menjadi sepi. Sepanjang Ramadan, masjid akan selalu ramai didatangi muslim Iran. Sekitar dua jam sebelum jadwal berbuka puasa, kaum tua, generasi muda dan anak-anak, berbondong-bondong mendatangi masjid. Bahkan orang lumpuh atau cacat, ikut ambil bagian, lengkap dengan kursi rodanya.
Mereka mengadakan majelis yang di dalamnya dibaca, dihapalkan, didiskusikan dan dikaji berbagai ayat dalam Al-Qur’an. Majelis-majelis Al-Qur’an ini juga diadakan di tempat terbuka seperti di taman-taman kota. Mereka akan duduk teratur dan setiap mata dengan khusyuk tertuju pada Al-Qur’an.
Ketika majelis Al-Qur’an selesai, mereka tinggal menunggu waktu berbuka. Mereka melaksanakan buka puasa bersama di masjid masjid terdekat.
Menu yang umum disajikan berupa teh panas, manisan zulbiyo bo mir dan buah kurma. Zulbiyo bo mir adalah makanan khusus yang dibuat hanya pada bulan Ramadan, bahannya 99% terdiri dari gula.
Makanan khas lainnya adalah ash dan halim. Ash semacam sup yang dibuat dari sayuran yang dihaluskan, ditambah mi halus yang di atasnya disiramkan saus. Halim adalah bubur gandum bercampur serat serat daging yang dibubuhi kacang peste (kacang khas Iran yang hanya tumbuh di musim panas) dan kelapa tabur. Menu ash dan halim hanya tersedia di restoran-restoran saja karena harganya yang cukup mahal.
Masyarakat Iran pada umumnya merasa cukup berbuka dengan menu teh panas, kurma dan manisan zulbiyo bo mir yang biasanya ditambah dengan keju putih.
Sedangkan untuk sahur, mereka lebih sering menyediakan dan menyantap nasi kebab. Kebab biasanya terbuat dari daging kambing.
Muslim Iran sederhana dalam hal menu makanan selama bulan Ramadan. Makanya, di Iran tidak ada pasar khusus menjual makanan di bulan Ramadan.
Walaupun mayoritas penduduknya beragama Islam, di Iran tidak ada peraturan yang melarang restoran atau rumah makan untuk beroperasi di bulan Ramadan. Polisi juga tidak merazia orang yang makan di siang hari.
Oleh sebab itu, pada siang hari, restoran dan penjual jus buah tetap berjualan. Bagi yang tidak berpuasa, mungkin karena non muslim, musafir, berhalangan atau karena sakit, tidak sungkan-sungkan menikmati makanan dan minuman di kafe-kafe yang terbuka.
Khusus pada malam ke-19, 21 dan 23 Ramadan, menurut kepercayaan masyarakat Iran, ada hadis Rasulullah yang menyebutkan kemungkinan Malam Lailatul Qadr jatuh pada tiga malam tersebut.
Oleh karena itu, pada malam ketiga, masjid-masjid, husainiyah (ruang pertemuan), dan rumah-rumah yang memang dibuka oleh pemiliknya, ramai dikunjungi orang-orang yang memburu pahala dan keutamaan Lailatul Qadr.
Menurut Al-Qur’an dan Hadist, ibadah di malam Lailatul Qadr adalah lebih baik dari ibadah pada bulan seribu tahun. Pada malam ketiga, mereka melaksanakan ibadah hingga subuh. Mereka juga membaca doa jauzan kabir.
Doa jauzan kabır memuat seribu asmaul husna (nama-nama Allah yang baik dan indah), karenanya diperlukan waktu berjam- jam untuk membaca doa ini.
Bahkan lebih lama lagi karena di sela-sela bacaan itu, pemimpin doa menyelipkan munajat, syair-syair, rintihan penyesalan atas dosa-dosa di hadapan Allah SWT. Suasana menjadi sangat emosional dan suara isak tangis akan terdengar di mana-mana.
Pada malam ke-25 sampai ke-27, di masjid-masjid diadakan itikaf secara nasional. Itikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribadah kepada Allah SWT.
Selama itikaf mereka melakukan shalat sunah, membaca Al-Qur’an dan amalan sunah lainnya.
Program ini sudah menjadi program nasional. Mulai dari sajadah, tasbih, buku-buku doa serta makanan untuk berbuka dan sahur, semua ditanggung oleh pemerintah Iran.
Keunikan kedua, negara Iran memiliki lembaga amal yang sangat terkemuka, yaitu Komite Imdad (pertolongan) Imam Khomeini (KIIK) Program utama lembaga ini membantu ikramul aytam (pemuliaan anak yatim).
Di tiap bulan Ramadan, KIIK membuka posko di berbagai kota yang menerima bantuan dan menyalurkan dana dari masyarakat untuk memulakan anak yatim.
Di masing-masing posko itu terdapat daftar nama lengkap dengan foto dan biografi singkat puluhan atau ratusan anak yatim.
Mereka yang ingin memberikan bantuannya, cukup memilih kepada siapa bantuannya itu diserahkan. Tidak harus berupa uang, namun bisa berupa pakaian, buku buku atau mainan.
Oleh sebab itu, hampir di setiap posko bisa ditemui tumpukan hadiah dan bungkusan kado yang siap diserahkan kepada anak yatim yang telah terdaftar.
Masyarakat sangat antusias, hal ini menunjukkan KIIK sebagai lembaga yang dapat dipercaya menyalurkan bantuan sekaligus tempat berlindung bagi yang membutuhkan.
Keunikan ketiga, hari Jumat pada pekan terakhir bulan Ramadan, orang Iran menyebutnya sebagai “Hari Al-Quds”. Pada hari itu, mereka meramaikan jalan-jalan utama di kota-kota besar untuk berdemonstrasi, menuntut pembebasan Palestina dari penjajahan Israel. Yel-yel “marg bar Israel” (kematian bagi Israel), “marg bar Amrika” (kematian bagi Amerika) akan terdengar di berbagai kota di Iran.
Di Kota Teheran, para peserta demo menunaikan shalat Jumat bersama-sama dan membentuk shaf panjang mencapai puluhan kilometer. Demo besar-besaran ini, menunjukkan bentuk solidaritas muslim Iran terhadap muslim Palestina dan ketidaksetujuan mereka terhadap aksi penindasan terhadap bangsa lain yang merdeka dan berdaulat.
Demikianlah keunikan Ramadan di negara Iran. Muslim di sana lebih sederhana dalam hal menu makanan dan lebih konsentrasi pada peningkatan amal ibadah.
Bahkan menjelang Idul Fitri, tidak ada aksi belanja yang berlebihan untuk makanan dan pakaian. Makanya tidak ada kenaikan harga selama Ramadan dan Idul Fitri.
Fetr Eyde Yang Tetap Terkendali
Bukan hanya tradisi Ramadannya saja yang unik. Iran juga mempunyai tradisi menyambut dan merayakan Idul Fitri yang unik.
Perayaan Fetr Eyde sebagaimana perayaan lainnya, dianggap sebagai hal yang pribadi. Karena itu, mereka tidak merayakannya dengan meriah dan berlebihan.
Usai menunaikan salat sunah Fetr Eyde di masjid atau tempat umum, mereka saling meminta maaf. Setelah itu, mereka akan langsung pulang ke rumah masing-masing. Semua orang kemudian berkumpul bersama keluarga besarnya, serta beberapa teman dekatnya.
Keluarga yang mampu secara ekonomi akan memotong anak domba muda atau anak lembu di hari istimewa ini yang mereka sebut ghorbani. Daging hewan yang disembelih akan dibagikan kepada kelurga yang kurang mampu. Sisanya akan dimasak dan disantap bersama sebagai hidangan istimewa di hari raya.
Selebihnya, tak ada kemeriahan, pesta atau karnaval. Semuanya berlangsung tenang dan tak berlebihan.
Perlu Diketahui
Ekonomi Iran adalah campuran ekonomi perencanaan sentral dengan sumber minyak dan perusahaan-perusahaan utamanya dimiliki pemerintahan, dan juga terdapat beberapa perusahaan swasta. Pertumbuhan ekonomi Iran stabil semenjak dua abad yang lalu.
Laporan: Muhammad Lutfi