KedaiPena.Com – Filipina adalah negara beribukota Manila. Negara yang merdeka pada tanggal 12 Juni 1946, dulunya merupakan bekas jajahan Spanyol dan Amerika Serikat.
Filipina mendapat pengakuan kemerdekaan secara de facto oleh Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli 1946.
Secara astronomis, Filipina terletak antara 6°LU 19°LU dan 1 16°BT126°BT. Berdasarkan letak geografisnya, Filipina berbatasan dengan Samudera Pasiiik di sebelah utara dan timur, dengan Laut Cina Selatan di sebelah barat dan Laut Sulawesi di sebelah selatan.
Sejarah Masuknya Islam di Filipina
Secara geografis Filipina memiliki dua kepulauan besar, yaitu di sebelah utara Kepulauan Luzon dan gugusannya, dan di sebelah selatan terdapat Kepulauan Mindanao-Sulu beserta gugusannya yang dihuni oleh Bangsa Moro.
Pada tahun 1380, Islam masuk ke wilayah bagian selatan, khususnya Kepulauan Mindanao dan Sulu. Dalam sejarah, tercatat orang yang pertama kali menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut adalah Karimul Makhdum seorang tabib dan ulama dan ulama dari Arab serta Raja Baguindah.
Raja Baguindah sendiri ialah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). la datang ke Kepulauan Sulu setelah 10 tahun berhasil mendakwahkan Islam dl Kepulauan Zamboanga dan Basilan.
Atas kerja kerasnya itu, Raja Manguindanao (Raja Kabungsuwan Manguindanao) akhirnya memeluk Islam. Dari sanalah awal peradaban Islam dirintis.
Pada masa itu sudah dikenal sistem pemerintahan dan kodifikasi hukum yaitu, Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhajan Fathui-Qariib, Taqribu-i-Intifadan Mir‘atu-Thulab.
Manguindanao kemudian menjadi datuk yang berkuasa atas Provinsi Davao yang terletak di Pulau Mindanao.
Setelah itu Islam disebarluaskan ke pulau Lanau dan utara Zambonga serta di daerah-daerah pantai Iainnya. Dan semua itu dilakukan di bawah kepemimpinan Islam yang bergelar datuk maupun raja. Perkembangan Islam ini berlangsung sampai kedatangan Spanyol.
Menurut ahli sejarah, kata Manila (ibukota Filipina) berasal dari kata Amanillah yang artinya ”negeri Allah yang aman”. Pendapat itu bisa jadi benar, sebab kata tersebut sering digunakan oleh masyarakat Islam.
Spanyol dapat menaklukkan wilayah utara dengan mudah, tapi tidak dengan wilayah selatan yang didiami muslim. Terbukti dengan banyaknya perlawanan-perlawanan di wilayah selatan terhadap Spanyol.
Pernah terjadi peperangan besar antara orang-orang Filipina sendiri karena hasutan dan adu domba kolonial Spanyol yang telah berhasil mengkristenkan dan melibatkan penduduk pribumi wilayah utara untuk berperang melawan bangsa Moro.
Dalam sejarah, istri Raja Humabon adalah orang Islam pertama yang masuk Kristen kemudlan diikuti sang Raja Humabon lalu seluruh rakyatnya. Spanyol gagal menaklukkan kepulauan Sulu dan Mindanao. Namun mereka tetap menganggap kepulauan tersebut merupakan bagian teritorialnya.
Kemudian pada tahun 1898 dengan cara tak bermoral, Spanyol menjual kepulauan tersebut kepada Amerika Serikat melalui Traktat Paris seharga US$20 Juta.
Pada 20 Agustus 1898, pihak Amerika Serikat dan penguasa Moro menandatangani Traktat Bates yang isinya menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, dan kebebasan mendapatkan pendidikan bagi bangsa Moro.
Namun traktat tersebut hanya taktik supaya tidak ada pemberontakan umat Islam lagi. Karena pada saat yang sama, Amerika disibukkan oleh pemberontakan kaum revolusioner Filipina utara yang dipimpin oleh Emilio Aguindo.
Pada tahun 1902 kaum revolusioner berhasil dikalahkan. Kebijakan Amerika pada kepulauan Mindanao mulai bergeser pada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka.
Pada tahun 1903, Kepulauan Mindanao dan Kepulauan Sulu disatukan menjadi wilayah Moroland.
Melihat kenyataan sejarah tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan Islam di Filipina tidaklah berjalan mulus. Harus menghadapi rintangan serta hambatan dari dalam maupun luar negeri.
lmbasnya, pada awal tahun 1970-an, Islam di Filipina menjadi komunitas minoritas yang tinggal terkonsentrasi di beberapa daerah dan pulau.
Di Taguig, umat Islam memiliki daerah pemakaman khusus yanq dibangun pada masa pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos. Pemakaman dikenal dengan nama Maharlika Village Project.
Pada sekitar tahun 1970-an, banyak terjadi perpindahan penduduk muslim pulau Mindanao ke Metro Manila, karena seringnya terjadi konflik antara warga dengan tentara Filipina.
Anehnya meskipun mereka bisa tinggal di Metro Manila, bila telah wafat berdasarkan aturan pemerintah, jenazah tetap harus dikebumikan di Mindanao.
Tentang Ramadan dan ldul Fitri
Bulan Ramadan adalah bulan yang dinanti umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Filipina. Sambutan hangat warga nonmuslim pun menjadi sesuatu yang sangat spesial dan menunjukan kentalnya toleransi di antara mereka.
Para wakil rakyat pun memberikan ucapan selamat melalui spandukspanduk bertuliskan ”Ahlan wa Sahlan Ramadhan” di setiap masjid yang ada di Filipina.
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan Berbagai Negara’ karangan Nurul Asmayani dan kawan-kawan, tantangan menjalankan ibadah puasa di Filipina ialah menahan rasa haus, lapar dan menjaga pandangan mata. Suhu udara di siang hari bisa mencapai 37 sampai 40 derajat ceIsius.
Apalagi budaya negara Filipina yang mayoritas nonmuslim ini sudah hampir sama dengan budaya Amerika. Dimana-mana Anda akan menjumpai warga yang berpakaian minim karena suhu udara yang sangat panas.
Pada umumnya, muslim di Metro Manila berbuka bersama di masjid dan akan melanjutkan makan malam di rumah masing-masing seusai melaksanakan shalat tarawih.
Di Golden Mosque Quaipo, menu berbuka sering disediakan secara bergantian oleh pihak kedutaan negara-negara Islam dari Timur Tengah.
Biasanya, setengah jam sebelum beduk berbuka warga sudah mengantri. Anak-anak biasanya ikut orang tua ke masjid, bermain-main dan bersuka ria. Sehingga halaman masjiq tampak ramai di bulan Ramadan.
Muslim di Pulau Mindanau memiliki kebiasaan menembakkan senjata api untuk menyambut datangnya bulan suci, meskipun akhirnya kebiasaan itu harus dihentikan karena dalam lima tahun terakhir berturut-turut. Sedikitnya lima orang warga menderita luka gores akibat terserempet peluru di bulan Ramadan
Lain di Metro Manila dan Mindanau, lain Iagi suasana Ramadan di Baquio City. Kota ini terletak sekitar 300 km utara Manila, yang ditempuh sekitar enam jam perjalanan dengan bis antar provinsi. Baguio City berada di pegunungan. Rata-rata suhu udaranya 10 derajat celsius.
Puasa di sini tidak menjadi masalah, selain tidak akan ada yang berpakaian ala Amerika: suhu udara yang dingin juga tidak membuat mudah haus.
Umat muslim Bagumbayan City yang ada di Visayas lain lagi. Di kota ini kebanyakan muslim adalah mu’alaf. Mereka dulunya ada yang bekerja di Saudi Arabia. Ketika kembali ke tanah airnya, mereka tetap menjalankan ibadah layaknya di Saudi Arabia.
Untuk sahur mereka hanya mengonsumsi roti kering, kurma dan air putih. Ketika beduk berbuka terdengar, mereka hanya berbuka dengan minuman han-halo (seperti es soda ditambah susu dan roti tawar) kemudian mereka akan makan setelah shalat tarawih. Sangat sederhana.
Di Masjid Baclaran dan masjid-masjid yang ada di Visayas, pelaksanaan shalat tarawih dilakukan 20 rakaat ditambah shalat witir. Ceramah hanya akan di lakukan sewaktu-waktu, tidak setiap malam. Sedangkan di Baquio City pelaksanaan shalat tarawih hanya 8 rakaat saja ditambah shalat witir.
Hari raya Idul Fitri di Filipina tidaklah terlalu spesial mengingat mayoritas adalah nonmuslim. Saat ini, hari raya Idul Fitri sudah dimasukkan sebagai hari Iibur nasional (dimuat dalam Republik Act no.1977, berlaku sejak 13 november 2002 Ialu).
Berbondong-bondong muslim Filipina mendatangi masjid terdekat. Taman Rizal di Manila juga dijadikan tempat shalat Idul Fitri. Shalat Idul Fitri di lapangan ini juga dimeriahkan oleh aneka layang-layang hias yang digantung di pinggir lapangan. Penjual layang-layang hias mengambil kesempatan untuk menawarkan dagangannya.
Kesederhanaan dan keterbatasan yang dimiliki muslim di Filipina tak menghalangi mereka untuk ikut menyambut bulan mulia dengan suka cita. Luar biasa, bukan?
Laporan: Muhammad Lutfi