KedaiPena.Com – Penyambutan Ramadan di Arab Saudi begitu meriah. Di Ibu Kota Riyadh, lampu dan ornamen menghiasi jalan-jalan utama kota. Pusat perbelanjaan menawarkan berbagai diskon Ramadhan.
Koran-koran mulai memuat artikel tentang Ramadan. Dan yang menarik di kota Riyadh ini adalah, pendirian tenda-tenda di samping masjid untuk menampung warga yang akan berbuka.
Pada saat Ramadan, suasana di kota Riyadh ini tampak kondusif. Restoran tidak buka di siang hari, kecuali menjelang iftar atau berbuka.
Dilansir dari buku ‘Jejak Ramadan di Berbagai Negara’ karya Nurul Asmayani dan kawan-kawan, di jalanan jarang sekali terlihat aktivitas di siang hari.
Selepas Ashar banyak masjid menyediakan program tahsin dan tahfiz. Saat iftar, masyarakat bersegera untuk berbuka.
Sebagian di antara mereka berbondong-bondong masuk ke tenda yang telah disediakan di samping masjid masjid-masjid tersebut menyediakan penganan berbuka gratis.
Pada umumnya yang tak boleh ketinggalan untuk disajikan adalah kurma dan basi kabsah. Restoran-restoran pun buka pada saat iftar.
Sementara di kota Mekkah dan Madinah, masyarakat akan berbondong-bondong melakukan shalat tarawih di Masjidil Haram Makkah, dan Masjid Nabawi Madinah.
Keutamaan 100.000 kali pahala apabila melakukan shalat di Masjidil Haram Makkah, dan 1000 kali pahala melakukan shalat di Masjid Nabawi membuat masyarakat di dua kota tersebut berlomba-lomba mengerjakan ibadah di dua masjid ini.
Terlebih di bulan Ramadan mereka akan sesering mungkin beribadah di dua masjid yang mempunyai keistimewaan tersebut.
Pada bulan-bulan biasa, banyak ditemukan jamaah umrah dari berbagai negara. Tetapi di bulan suci Ramadan, penduduk asli Makkah dan Madinah menyempatkan sesering mungkin untuk melakukan ibadah umrah, dan ibadah-ibadah lainnya di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Pada Bulan Ramadan, umrah mendapatkan pahala seperti melakukan haji bersama Rasulullah. Sehingga pada bulan Ramadan, kota Makkah dan Madinah sangat padat. Kepadatan jamaah hampir sama ketika pelaksanaan haji di bulan Zulhijah.
Tempat parkirakan penuh dan jamaah akan memenuhi masjid sampai ke halaman masjid yang luas. Penduduk kota Mekkah dan Madinah mempunyai kebiasaan membagikan kurma, roti gandum dan yoghurt kepada mereka yang berbuka puasa di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Mereka berkumpul di dalam masjid atau halaman masjid, merentangkan plastik besar yang disebut “sufra” lalu meletakkan kurma, roti gandum dan yogurt serta air zamzam yang dapat diambil sendiri oleh pengunjung. Sungguh nikmat tiada duanya.
Air zamzam yang dingin menjadi penghilang dahaga, lalu dilanjutkan dengan menyantap kurma, roti gandum dan yogurt.
Selesai berbuka, dengan tertib mereka kembali ke saf untuk melakukan shalat magrib. Ada juga yang sukarela membersihkan sampah di plastik sufra, membantu para pekerja yang ada di sana.
Pekerja-pekerja tersebut datang dari negara, termasuk Indonesia. Mereka bekerja membersihkan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram yang luas, mengalonkan air zamzam dan meletakkannya kembali ke dalam masjid, menyapu dan mengepel halaman masjid, membersihkan penyimpanan Al-Quran dan lainnya
Penduduk kota Mekkah dan Madinah benar-benar ingin berlomba mendapatkan pahala dari Allah SWT. Selepas shalat magrib, di halaman masjid sudah terparkir mobil-mobil yang membawa makan malam gratis bagi jamaah shalat.
Nasi dan daging ini disediakan oleh orang-orang kaya di Saudi Arabia ataupun organisasi Islam dengan berbagai jenis menu. Ada nasi kebuli, nasi mindi, nasi bukhori atau terkadang roti gandum dengan kari kedelai.
Nasi mindi adalah nasi yang dimasak dengan cara yang unik, tampilannya nampak berkilat oleh minyak. Minyak yang membuat nasinya berkilat itu diambil dari lemak daging kambing yang menetes saat dibakar di atas bebatuan.
Tentunya daging kambing itu telah diberi bumbu sebelum dibakar. Nah lemak kambing yang menetes digunakan untuk mengolah nasi, kemudian kambing panggangnya dijadikan lauk nasi mindi. Hmm lezatnya.
Apabila Anda ke Saudi, jangan sampai melewatkan kesempatan mencicipi nasi ini. Sementara nasi bukhori adalah nasi yang ditanak bersama rempah kapulaga, cengkih, kayu manis, lengkuas, ketumbar, merica, jintan dan saos tomat.
Tentu tak ketinggalan daging kambing. Daging kambing yang berbumbu dan empuk, berpadu dengan nasi dari beras basmati yang nikmat. Benar-benar mengundang selera. Anda bisa menyajikan nasi bukhori bersama irisan tomat, cabe hijau dan daun peterseli.
Saat sahur, tidak ada gendang untuk orang, musik maupun gendang untuk membangunkan penduduk. Selain dilarang diperdengarkan di ruang-ruang, penduduk Saudi sudah tahu kewajibannya.
Adanya masjid-masjid yang mengelilingi komplek perumahan atau gedung hotel, perkantoran dan sebagainya memudahkan untuk bisa bangun melakukan sahur.
Toko-toko yang menjual makanan dan minuman baru buka setelah shalat asar. Bahkan tidak jarang beberapa toko penjual pakaian, perhiasan dan lainnya pun membuka tokonya selepas ashar, walaupun waktu tutupnya berbeda.
Di bulan-bulan biasa mereka akan tutup pukul 23.00-24.00. Tetapi tidak di bulan Ramadan, mereka akan tutup selepas shalat subuh. Karena itu, selepas salat subuh tidak ada kegiatan seperti bekerja atau berdagang.
Mereka lebih memilih untuk tidur di rumah masing-masing. Cuaca yang panas menjadi salah satu alasan mereka lebih senang tinggal di rumah.
Di Masjid Nabawi, biasanya pintu masuk tutup pukul 23.00. Tetapi khusus pada bulan Ramadan, Anda bisa masuk kapan saja untuk beritik membaca Al Qur’an atau melakukan shalat malam.
Untuk laki-laki, pintu masuk masjid akan dibuka semua, tetapi untuk wanita hanya diberikan satu pintu masuk dekat dengan Raudhah. Sungguh nikmat tiada duanya beribadah di dalamnya.
Ketika azan berkumandang entah itu untuk shalat subuh, zuhur, asar, magrib ataupun isya, semua toko dan perkantoran akan tutup.
Uniknya, di Saudi selama bulan Ramadhan, shalat isya baru dimulai 30 menit setelah azan isya. Ini dilakukan untuk memberikan waktu untuk berbuka dan beristirahat sejenak sebelum melaksanakan shalat isya dan tarawih.
Shalat tarawih berjamaah diselenggarakan oleh setiap masjid, pada umumnya sebelas rakaat. Shalat tarawih dimanjakan dengan suasana masjid yang tenang, nyaman dan bacaan imam yang indah didengar.
Shalat tarawih bagi yang memiliki anak-anak dan di tempat terpisah. Hal ini bertujuan untuk kenyamanan dan kekhusukan jamaah lainnya. Selain itu, masjid-masjid juga menyelenggarakan shalat qiyamullail berjamaah di penghujung malam. Sekitar pukul 01.30, suasana terasa khusyuk dan kondusif untuk beribadah.
Namun, bukan berarti berpuasa dinegara Islam seperti Arab Saudi ini tak mengalami godaan? Semakin malam semakin ramai pula suasana kota dan pusat-pusat perbelanjaan. Sementara di siang hari jalanan sangat sepi.
Pada bulan Ramadan banyak warga yang membalik aktivitas, siang menjadi malam, malam menjadi siang. Dua minggu sebelum hari raya Idul Fitri, masyarakat di kota Madinah, Mekkah dan beberapa kota lainnya di Saudi Arabia, mulai menyiapkan pakaian yang akan dikenakan untuk hari raya.
Mereka tidak membeli baju muslim, tetapi memprioritaskan membeli baju-baju pesta, yaitu long dress dengan berbagai macam bentuk dan corak. Mereka akan menggunakan baju tersebut lengkap dengan asesoris, hiasan rambut dan make up.
Mereka memakainya di dalam abaya dan cadar, sehingga tidak menampakkannya di depan laki-laki non muhrim. Abaya adalah jubah wanita berwarna hitam, longgar tak membentuk tubuh, dengan bermacam jenis hiasan seperti bordir di daerah lengan dan pergelangan tangan, atau permata cantik membentuk bunga dan sebagainya.
Anak perempuan, berdandan bak putri dari negeri dongeng. Bajunya mekar mengembang, lengkap dengan tas pesta, sepatu berhak tinggi, bahkan ada yang menggunakan mahkota, atau sejenisnya. Anak lelaki tak mau ketinggalan, baju serta sepatu serba baru.
Ketika Idul Fitri tiba, tak hanya baju saja yang baru, beberapa penduduk Saudi Arabia biasanya mengganti sofa karpet dan perabot lainnya dengan yang baru. Saat shalat ld, Anda harus bergegas bangun sebelum shalat subuh. Mereka yang tinggal jauh dari masjid dan menggunakan mobil, harus bangun pukul 03.00 agar mendapatkan tempat parkir.
Di Madinah sendiri, tempat parkir disediakan di lantai dasar Masjid Nabawi. Tempat parkirnya sangat luas dan dibagi sesuai jenis kendaraannya. Hotel yang mempunyai fasilitas parkir juga bisa Anda gunakan. Tentu saja Anda harus merogoh beberapa riyal karena tidak gratis.
Kecuali untuk halaman parkir yang bertandakan diperbolehkan parkir, Anda bisa parkir dengan gratis. Dan jika Anda parkir sembarangan, petugas kepolisian akan memanggil tukang derek dan menarik mobil Anda. Kalau sudah begitu, biasanya Anda harus menebusnya, dengan membayar 50 sar (Saudi Riyal).
Bertamu saat hari raya biasanya diakukan di malam hari sesudah isya sampai subuh. Selepas salat id biasanya warga akan kembali ke rumah masing-masing bermaaf-maafan dan tidur.
Mereka hanya merayakan secara sederhana. Biasanya hanya sekeluarga makan bersama lalu istirahat. Mereka juga mempunyai tradisi membagikan uang kepada sanak saudara. Bahkan para pekerja di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi bisa mendapatkan bonus lebih di luar gaji pokok mereka dari hasil sedekah yang diterima saat ldul Fitri.
Betapa khusyuk dan indah suasana Ramadhan dan ldul Fitri di kota suci. Sekali Anda merasakannya, pasti ingin mencicipinya berulang-ulang.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas