KedaiPena.Com – Nama Kuwait berasal dari bahasa Arab ‘akwat, bentuk Na jamak dari kout, artinya “benteng yang dibangun di dekat air”. Negeri ini terletak di ujung utara Teluk Persia.
Di negara yang berbentuk kerajaan konstitusi ini tidak ada sungai ataupun danau. Hampir seluruh wilayahnya tertutupi dengan gurun.
Negara yang memiliki luas wilayah 17.820 kilometer persegi ini berbatasan langsung dengan Arab Saudi di sebelah selatan dan Irak di sebelah utara.
Negara yang kaya minyak bumi ini adalah negara paling kaya ke-11 di dunia dengan pendapatan perkapitanya hampir mencapai US $ 36.412 (sumber: Wikipedia).
Kuwait memiliki kebudayaan yang hampir sama dengan negara-negara teluk lainnya di Semenanjung Arab.
Dishdasa adalah pakaian resmi untuk penduduk asli Kuwait atau yang sering kita sebut dengan Kuwaiti. Dan khusus untuk perempuannya adalah abaya yang kebanyakan berwarna hitam.
Tidak seperti negara Arab kebanyakan, Kuwait terbilang memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap agama lain selain Islam. Hal ini terbukti dengan banyak berdirinya gereja-gereja Kristen Katolik atau Protestan.
Yang menarik, pemeluk Kristen sangat menghormati agama Islam sebagai agama mayoritas dengan tidak memasang tanda salib di tempat yang mencolok.

Islam di Kuwait
Dilansir dari buku berjudul Jejak Ramadan di Berbagai Negara karya Nurul Asmayani dan kawan-kawan, interaksi Kuwait dengan Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah masuknya Islam di Bahrain.
Provinsi Bahrain sampai abad ke-16 adalah sebuah wilayah yang membentang di sepanjang garis pantai Teluk Persia, termasuk di dalamnya wilayah Kuwait, Al-Hasa, Qatif, Qatar dan Kepulauan Awal (Bahrain sekarang).
Sebagaimana tempat-tempat lainnya di wilayah Arab, sebelum Islam datang penduduk Kuwait sebagian adalah penganut Paganisme yang menyembah banyak berhala. Kawasan sepanjang tepian Teluk Persia juga menjadi pusat perkembangan agama Kristen Nestorian.
Pada tahun 629 Masehi, Rasulullah mengutus Al-Ala`a Al-Hadrami untuk menemui Munzir bin Sawa Al-Tamimi, penguasa wilayah Bahrain saat itu. Munzir menerima utusan Rasulullah dengan baik. Bahkan menyatakan diri masuk Islam beserta seluruh kaumnya. Sejak saat itulah, penduduk di sepanjang Teluk Persia tersebut memeluk Islam.

Puasa dan Kuwait
Jika di Qatar ada Garanggao, perayaan pertengahan Ramadan untuk anak-anak, maka Kuwait juga tidak mau kalah. Di Kuwait ada Guirgian. Tradisi yang sangat khas dan unik yang Di sudah dijalankan turun-temurun di Kuwait.
Pada pertengahan bulan Ramadan, anak-anak kecil usia sekolah dasar sudah berlomba-lomba untuk tampil paling menarik. Mereka bukan sedang mengikuti kontes kecantikan.
Anak lelaki mengenakan dishdasa (pakaian tradisional Arab) sedang anak perempuannya mengenakan bukhnaq (jubah tradisional Arab yang longgar dan panjang yang menutupi dari kepala hingga ke bagian dada dan memanjang ke belakang). Mereka tampak mengenakan tas guirgian yang khas, bersulam benang emas dengan sulaman yang indah.
Setelah shalat magrib, anak-anak mulai berlarian menuju rumah-rumah sekitar. Mereka mengetuk pintu rumah dan mul memukul-mukul drum kecil yang mereka bawa dari rumah.
Anak-anak itu mulai bernyanyi, sebagian dari mereka hanya bertepuk tangan mengiringi nyanyian Guirgian.
“Guirgian wa guirian beit al sayed wa Ramadan”,
(Guirgian dan guirgian, tuan rumah dan Ramadan)
“a det alaykum siyam, kul sanna wa kul aam”
(telah kembali kepadamu puasa, setiap tahun dan setiap tahun)
Kemudian dilanjutkan dengan,
“Yasoug al humar aw maya-soug?”
(haruskah kami pergi naik keledai atau tidak?)
Lagu khas Guirgian tersebut bermakna harapan dan do’a agar dapat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan dengan baik. Akhir dari lagu tersebut adalah pertanyaan kepada pemilik rumah, apakah mereka harus pergi atau tetap tinggal untuk terus bernyanyi dan mendapatkan permen?
Selesai bernyanyi dengan penuh semangat, pemiliki rumah memberikan permen, kacang Iran yang terkenal, kurma bahkan ada yang sudah membungkus rapi satu paket berisi campuran kacang dan permen untuk dibagikan kepada anak-anak yang mengetuk rumah mereka dan bernyanyi.
Ya, seperti ‘trick or treat‘ yang biasa dilakukan pada malam Holloween. Hanya bedanya, mereka menyanyikan lagu khas tradisional dengan suara amat lantang dan keras.
Pada bulan Ramadan, para Kuwait sibuk mendirikan tenda tenda yang akan digunakan untuk berbuka puasa dan sahur bersama. Di sepanjang jalan, atau di tempat-tempat tertentu, tenda-tenda sudah banyak berdiri.
Tenda-tenda itu adalah ciri khas para Kuwaiti dalam menyambut bulan suci Ramadan. Mereka berlomba-lomba dalam membuat kebaikan.
Bagi orang yang memberi makan orang yang berpuasa, Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda. Para Kuwaiti pun tidak mau ketinggalan untuk beramal dan mengejar pahala.
Lewat tenda-tenda yang mereka dirikan itu, roti khobus kurma, nasi biryani beserta daging kambing dan ayam disediakan gratis bagi yang tidak mampu, orang yang sedang dalam perjalanan atau undangan yang datang berbuka bersama.
Roti khobus adalah roti berbentuk pipih yang hanya terbuat dari tepung terigu kemudian dibakar atau dipanggang. Nasi biryani adalah nasi yang dimasak bersama rempah-rempah seperti cengkeh, kapulaga, kayu manis dan lain-lain. Umumnya berwarna kuning.
Setiap menu disajikan dalam sebuah nampan besar yang kemudian akan dimakan bersama-sama. Inilah kekhasan tradisi orang Arab. Ketika makan, mereka akan duduk bersama beralaskan tikar atau karpet untuk kemudian makan bersama dalam satu nampan.
Seperti di negara Arab kebanyakan, tempat shalat di masjid untuk laki-laki dan perempuan dipisah, Biasanya, tempat shalat untuk perempuan berada di bagian paling belakang masjid dengan tempat wudu yang juga terpisah.
Jadi jangan heran, jika di Kuwait atau di negara Arab lainnya, wanitanya hanya terlihat sedikit jika shalat tarawih tiba. Kebanyakan wanita-wanita Arab lebih memilih untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan ketimbang melaksanakan tarawih berjamaah di masjid.
Masjid hanya ramai oleh laki-laki, bahkan sampai ada yang harus shalat di pelataran parkir atau di jalan.
Dan bagi yang sedang tidak berpuasa, jangan coba-coba untuk makan, minum atau merokok di tempat umum. Pemerintah mengenakan sangsi 50 Dinar Kuwait atau setara dengan Rp 18 juta dan juga kurungan penjara selama satu hari jika tertangkap melanggar ketentuan ini.
Di malam-malam Ramadan, adalah kesempatan bagi orang-orang Kuwait untuk berkumpul. Setiap anggota keluarga duduk dalam lingkaran, lalu secara bergantian membaca Al-Qur’an. Tradisi ini dinamakan gahbqat. Dalam pertemuan ini, juga dibicarakan permasalahn keluarga, penyelesaian konflik, dan banyak hal yang berhubungan dengan keluarga tersebut.
Dari pertemuan inilah, kesolidan keluarga dibangun. Dulu, sulit menemukan keluarga yang tak melakukan tradisi ini. Namun, sekarang tradisi ini perlahan mulai ditinggalkan.
Dahulu, saat sahur di Kuwait juga terdengar suara drum yang dipukul bertalu-talu. Drum ini dipukul ritmis, oleh seorang petugas yang disebut “Abu Tubeileh”. Sambil memukul drum, Abu Tubeileh akan menyanyi dan berteriak, “Sohour!”
Selepas melakukan ghabqat di rumah masing-masing, para pemuda menunggu waktu sahur dengan berkumpul di halaman. Mereka melakukan permainan teka-teki yang disebut hazawi, sambil mendengarkan musik tradisional dan bercakap santai. Sesekali terdengar canda dan tawa riuh mereka.
Waktu berlalu tak terasa. Kantuk pun lenyap, berganti semangat baru menjemput fajar Ramadan berikutnya.
Sementara para pemuda melakukan hazawi, para perempuan punya tradisinya sendiri. Tradisi ini disebut naksa, yaitu saling bertukar makanan untuk berbuka atau makan malam dengan tetangga. Tradisi naksa ini akan terus dilakukan para wanita, bahkan saat lebaran nanti.

Idul Fitri Penuh Tradisi
Ramadan berbalut tradisi, demikian pula Idul Fitri di Kuwait. Ada beberapa tradisi Idul Fitri yang lazim dilakukan Kuwaiti, yaitu:
1. Beberapa hari sebelum Idul Fitri, semua keluarga mem-bersihkan rumah mereka dan menyiapkannya untuk menyambut banyak tamu. Selain dibersihkan, rumah juga diberi wewangian. Diperciki air mawar, pengharum ruangan, bahkan beberapa di antara mereka membakar dupa dan menaburkan rempah tertentu yang menguarkan bau khas yang mereka senangi.
2. Selepas melakukan shalat sunah Idul Fitri di pagi tanggal 1 Syawal itu, orang-orang Kuwait segera pulang untuk saling bermaafan dengan keluarga dan menyantap hidangan istimewa. Selepas itu, mereka semua akan mengenakan pakaian terbaik dan terindahnya, bersiap-siap untuk menemui keluarga kerajaan. Setiap tahun di hari pertama bulan Syawal, keluarga kerajaan Kuwait akan membuka pintu istana untuk menyambut seluruh warga. Warga yang datang akan dijamu dengan hidangan istimewa.
3. Saling mengunjungi di antara keluarga dan teman.Sebagaimana juga yang terjadi di banyak negara muslim, tradisi saling bersilaturahmi di hari raya Idul Fitri juga dilakukan di Kuwait. Ungkapan “Mubarak ld” terdengar di mana-mana.
4. Mempersiapkan pakaian baru, berupa pakaian tradisional Kuwait. Dishdasa untuk anak laki-laki dan bukhnaq untuk anak perempuan.

5. Mempersiapkan manisan, yang merupakan sajian khas Idul Fitri di Kuwait. Manisan ini juga akan dibagi-bagikan kepada tetangga.
6. Memakan beberapa butir kurma sebelum pergi melak-sanakan shalat Idul Fitri.
7. Untuk sajian kuliner khas Idul Fitri di Kuwait, yaitu:
Sarapan Idul Fitri, dilakukan setelah shalat Id oleh seluruh anggota keluarga. Sajian yang dihidangkan yaitu alpagla (kue kacang), olahan dari buncis, tortilla panggang dan beberapa manisan. Selama sarapan ini, terjalin komunikasi yang akrab dan hangat seluruh keluarga.
Makan siang Idul Fitri, biasanya dilakukan lebih awal dari biasanya. Sajian sangat banyak dan spesial dengan bahan dasar daging domba.
8. Para wanita Kuwait saling mengunjungi, bermaafan dan saling mendoakan.
9. Selama tiga hari perayaan Idul Fitri, dimeriahkan dengan festival seni. Lagu-lagu penuh semangat diperdengarkan, mengiringi para penari yang lincah bergerak.
10. Anak-anak akan menerima hadiah uang dari orang tua di sekitar mereka. Hadiah ini sangat ditungu-tunggu oleh anak-anak Kuwait.
11. Ada beberapa orang yang menjual air minum dengan menggunakan keledai. Pantat keledai akan diberi pacar berwarna cerah, leher keledai digantungi lonceng untuk menarik perhatian orang-orang. Keledai ini juga bisa disewa dan digunakan untuk berkeliling di arena hiburan.
12. Masa libur Idul Fitri diisi dengan aneka permainan interaktif oleh anak-anak. Mereka akan pergi ke arena bermain atau taman hiburan dan menggunakan uang yang mereka terima dari orang tua untuk bergembira.
Nah, banyak sekali bukan tradisi Idul Fitri di Kuwait? Tertarik untuk mencobanya?
Laporan: Tim Kedai Pena